Di Dalam Bidang Sipil Pada Persaingan Bisnis di
Penerbangan. PT PERTAMINA dan PT GARUDA INDONESIA Kedua Perusahaan
ini adalah 2 Sejoli Sejati Plat Merah Milik Perusahaan Induk Pemerintahan Negara
Indonesia (BUMN).
PT
GARUDA Indonesia Selaku Maskapai Penerbangan yang menyediakan Pesawat Garuda Indonesia untuk
Keperluaan Rute Penerbangan khusus untuk skala Terbang Jumbo Panjang Internasional
dan Pesawat Citilink (Anak Usaha
Garuda) Selaku Pemilik Penerbangan Khusus Lokal. Sedangkan, PT PERTAMINA
sebagai Penyedia Bahan Bakar Jet yang disebut dengan AVTUR atau Aviation Turbine.
Mahalnya Harga AVTUR PERTAMINA
Di Tempat Kita di Indonesia. Ada Beberapa Persaingan
Bisnis Penerbangan yg bersaing Ketat. Yaitu dari PT GARUDA milik Pemerintah dengan Anak Usahanya Citilink. Lalu juga ada LION AIR selaku milik Perusahaan Swasta
dalam Negeri dari Rusdi Kirana yg
Terkenal Pekerja Keras dan Pantang untuk Menyerah.
Selain Lion Air. Rusdi Kirana juga punya Anak
Usaha yaitu dari Wings Air, Batik Air, Malindo Air, Lion Bizjet, dan Thai Lion Air. Jika Kita Pernah Naik
di Pesawat ini ya, Maka Sebenarnya Punya Rusdi Kirana juga sih. Walaupun namanya
berbeda-beda tetapi tetap 1 Pemilik.
Terlepas dari Pembahasan di atas. Negara Indonesia
sebenarnya adalah Pemimpin di Industri Penerbangan Pada Posisi Nomor 8 Terbaik
di Dunia.
10 Negara dan Maskapai Terbaik di Dunia Versi SKYTRAX Pada
Tahun 2015 adalah :
1].
[Qatar] QATAR Airways.
2].
[Singapura] SINGAPORE Airlines
3].
[Hongkong] Cathay Pacific Airway
4].
[Turki] Turkish Airlines
5].
[Uni Emirat Arab] Emirates
6].
[Uni Emirat Arab] Etihad Airways
7].
[Jepang] ANA All Nippon Airways
8]. [Indonesia] Garuda
Indonesia
9].
[Taiwan] EVA Air
10].
[Australia] Qantas Airways
Indonesia menduduki Peringkat 8. Mengalahkan Filipina, Malaysia, Vietnam, Thailand,
dll. Hal ini di Karenakan Kita Memiliki Pasar Konsumen yg Begitu Besar
255.000.000 Juta Penduduk, Terdapat Sumber Minyak Alam, dan Harga AVTUR yg
Murah dibandingkan dari Negara-Negara Lain di ASIA Tersebut. Sontak saja
menduduki Posisi 8 yg di Tempati Plat Merah oleh GARUDA INDONESIA.
Tetapi, yang Perlu di Kwatirkan adalah “SINGAPURA”. Menteri Perhubungan
Ignasius Jonan mengeluhkan harga avtur dari PT Pertamina (Persero) yang Terlalu
Mahal. Selisihnya hampir 15% Lebih Mahal Ketimbang Singapura.
Polemik Harga yg Mahal ini menimbulkan Polemik beragam
dari dalam negeri. Pada Tiket Pesawat 50% nya Mahal Karena Bahan Bakar. Jika
AVTUR bisa Kita murahkan lagi dari Singapura. Maka Indonesia akan menjadi
Pemimpin Penerbangan di ASIA TENGGARA.
Menurut Ahmad
Bambang dari Direktur Pemasaran PT Pertamina. Harga AVTUR memang diakui
kalah dari Singapura. Sebab kita kalah dalam Sistem Teknologi Full
AUTOMATION SYSTEM. Kita misalnya disini menggunakan Tenaga Kerja Padat Karya yg
memberikan Gaji bagi Pekerja dan Pegawai setiap bulan. Sedangkan di Singapura. Mereka
menggunakan Mesin Automation (Otomatis) yg bisa menggantikan beberapa Pekerjaan
manusia dengan mesin.
![]() |
Alat Mesin Otomatis ini ngga diperkenankan oleh Pemerintah Indonesia. Karena bisa menyebabkan Pengangguran Tenaga Kerja Manusia |
Disisi Lain, dibandingkan dengan Singapura. Kita juga kalah karena masih banyak menyewa
Peralatan-Peralatan. Lalu Kondisi Kilang kita juga sudah tua dan Tertinggal
Teknologinya. Ditambah lagi Letak Geografis kita yg Saling Berjauhan. Semakin
Jauh Letak Bandara dari Sumber Kilang. Maka Semakin Mahal harga AVTUR-nya. Dan ini
mengharuskan PERTAMINA selaku Pemain Tunggal Pemasok AVTUR mesti melakukan
Subsidi silang agar distribusi ke Lokasi-Lokasi Bandara Lain yg ngga ekonomis
tetapi tetap dilayani.
Di Tambah Lagi, Banyaknya Pungutan-Pungutan operator Bandara dan Biaya Pajak Pertambahan
Nilai PPN 10% dari Pemerintah. Membuat semakin Sulit untuk Menurunkan Biaya
AVTUR. Pun jika tetap nekat di Lakukan Penurunan harga bahan bakar. Menyebabkan
Keuntungan semakin kecil. Dan bisa terjebak ke dalam utang yg semakin
menggunung. Saat ini saja Pada Juli 2015, Utang Pertamina selaku Pemilik AVTUR
punya utang sebesar Rp 215 Triliun.
Jika Keuntungan semakin kecil, maka bagaimana mungkin bisa membayar utang.
Penerbangan Swasta juga dirugikan
Mahalnya Harga AVTUR yg diiringi dengan Persaingan
Harga Tiket yg Semakin Murah. Membuat Beberapa Maskapai Dalam Negeri Kudu
Bekerja Keras banget untuk meraih keuntungan.
Mungkin hal Tersebut ngga bermasalah bagi PT GARUDA dan
PT PERTAMINA yg sama-sama milik
Pemerintah yg bisa saling menyuntikkan Uang. Tetapi untuk Pihak Swasta. Seperti
LION AIR. Ngga ada yg membantunya,
kecuali ia berusaha sekuat tenaga kerja keras untuk Tetap Bertahan dari
Kebangkrutan.
LION AIR Terpaksa untuk meraih keuntungan dengan cara Terbang
lebih banyak, Pilot kerja lebih banyak, dampak negatifnya bisa menimbulkan
Kerusakan Mesin Pesawat, Pilot Kelelahan, dan Jadwal Penerbangan Penumpang yg
Padat akan banyak Tertunda berjam-jam karena Seringnya Perbaikan Mesin akibat
di Paksa Bekerja keras ekstra berkali-kali lipat untuk mencari Keuntungan dari Harga Tiket yg Murat Tersebut.
Dampak Terbesarnya adalah Kecelakaan Fatal.
Artikel
Lainnya :
|
Menteri Perhubungan : IGNASIUS JONAN
Menteri Perhubungan Menhub. Ignasius Jonan mengkritik PT PERTAMINA : untuk menurunkan lagi harga AVTUR. Atau dengan memasukkan Pemain Baru dalam Bidang Pemasokan Bahan Bakar AVTUR.
Tetapi jika hal ini dilakukan dan membuka kesempatan
Pihak Lain masuk sebagai Pemasok AVTUR. Maka, Badan Usaha BUMN PERTAMINA dalam
Bidang Jasa AVTUR akan semakin berdarah-darah.
Tetapi jika Pertamina
Tetap menjadi Pemasok utama untuk beberapa Tahun ke Depan. Justru Maskapai
Penerbangan Indonesia yg akan semakin berdarah-darah dan akan dikuasai suatu
saat oleh pihak Asing. Khususnya dalam Bidang Competitive edge pada Rute
Internasional menghadapi Negara Singapura.
Bagaimana solusinya, Hal Tersebut mesti terus
dipikirkan untuk kemajuan Indonesia. di Bawah ini ada daftar Harga AVTUR per Liter pada Tahun 2015 : (Data Harga Sewaktu-waktu bis saja berubah.)
Semoga Bermanfaat. GBU
SOEKARNO HATTA
|
Rp 8.239
|
UALANAMU, MEDAN
|
Rp 9.000
|
HASANUDDIN, MAKASSAR
|
Rp 9.342
|
NGURAH RAI, BALI
|
Rp 8.790
|
JUANDA, SURABAYA
|
Rp 8.647
|
Semoga Bermanfaat. GBU