Silahkan mention di Kompas TV,
Hastagnya melawan ISIS. Episode kali ini berbicara atau kita bertanya
mendengarkan cerita dari para mantan terrorist. Tidak lengkap rasanya kalau
saya tidak mewawancarai salah satu pelaku peledakan aksi bom bali dengan korban
yang sangat besar. Termasuk aksi Teroristme yang besar karena korbannya lebih
dari 200 orang. Ali Imron namanya. Ia terpidana seumur hidup. Saya bertanya padanya.
Bagaimana seseorang bisa jadi terrorist.
Ali Imron :
Ada panggilan terrorist kan itu
ketika ada aksi. Saya akui ataupun saya tidak akui. Saya adalah terlibat aksi
teror. Yang berarti saya terrorist. Terus yang mendasari apa sebetulnya
sehingga kami atau saya pribadi terlibat jadi terrorist. Pertama yang mendasari
adalah salah satu syariat dalam islam yaitu Jihad Fi sabilillah. Jadi kenapa saya sampai
akhirnya pergi ke Afghanistan ikut belajar militer disana kemudian sampai
bertahun tahun dasarnya adalah dasar jihad.
Rosiana Silalahi :
Kita baru mendapatkan sebuah
rilis survei. Survei itu menunjjukkan bahwa 9. Sekitar 9% atau dibawah 10%
orang yang simpatik atau mendukung ISIS. Selebihnya artinya diatas 90% tidak
mendukung ISIS atau teguh pada NKRI setia pada Pancasila. Angka dibawah 10%
yang simpatik atau mendukung ISIS ini menurut anda angka yang kecil atau tidak
perlu dicemaskan atau sesungguhnya justru memiliki potensi kerisauan yang luar
biasa untuk anda.
Ali Imron :
Persentase itu tidak penting.
Terrorist atau orang yang punya pemahaman terrorist semua itu. Sedikit atau
banyak mereka itu tetap akan terus melakukan gerakan dan menyebarkan
pemahamannya.
Rosiana Silalahi :
Anda sepakat ngga radikal dulu
terrorist kemudian.
Ali Imron :
Kalau istilah radikal, kemudian
ekstrimis, extreme, kemudian terrorist itu ndak jauh beda. Hanya terrorist
ketika dia ini terlibat aksi. Aksi radikal itu, kalau yang marak di Indonesia.
yang juga saya terlibat disitu adalah aksi pengeboman. Disitu, Jadi sebetulnya
tidak, tidak apa, tidak berbeda jauh.
Rosiana Silalahi :
Makanya ketika masih ada yang
meragukan bahwa tidak ada terrorist, pemboman yang ada di Indonesia atau di
beberapa daerah di Indonesia merupakan rekayasa, apakah ini sesungguhnya
semakin melanggengkan upaya upaya terorisme atau bagaimana
Ali Imron :
Kalau buat Terorist. Itu adalah
Ruang. Itu adalah Angin. Itu adalah kesempatan buat mereka dan mengembangbiakan
mereka. Karena apa, setiap nanti ada komentar. Terus itu misalkan. Oh ini
karena kezaliman polisi. Sehingga ada terrorist seperti ini. itu terrorist kipas
kipas seperti ini, karena berarti dibantu oleh media dan oleh komentator itu.
Tapi kalau buat saya pribadi. Yang ingin deradikalisasi. Ingin teror ini berhenti, ingin mencegah
teror, ingin menanggulangi teror, saya kecewa. Ketika masyarakat itu tidak tahu
faktanya tentang terorisme atau teroris. Itu sulit sekali kami ajak bersama-sama atau
kita ajak bersama-sama untuk deradikalisasi. Wong faktanya saya ngga tahu,
apalagi bagaimana bisa diajak untuk menanggulangi dan mencegah terorisme.
Rosiana Silalahi :
Anda juga termasuk kecewa kalau
ada pernyataan elit politik yang mengatakan tidak ada radikalisme di indonesia
Ali Imron :
Kecewa, karena apa. Menanggulangi
dan mencegah terorisme itu harus semua lapisan masyarakat dunia terlibat. Itu. Tidak
hanya saya sebenarnya. Sebagai mantan terrorist yang tobat. Tidak. Tidak cukup
hanya organisasi kemasyarakatan seperti muhammadiyah dan sama MUI. Semuanya harus
terlibat.
Rosiana Silalahi :
Bisakah kita memiliki. Satu kesamaan
identifikasi ketika seorang ini sudah memiliki paham Radikalisme dan kemudian bisa
memiliki potensi bergabung atau ikut dalam kelompok kelompok teror. Adakah satu
identifikasi universal yang bisa kita pegang sebagai identifikasi.
Ali Imron :
Begini, untuk membedakan itu,
kalau namanya terrorist itu bisa berpenampilan secara ganti ganti. Mungkin hari
ini bisa berjenggot, besok jenggotnya dicukur. Atau mungkin hari ini pakaian
ala muslim, besok pakai pakaian ala non-muslim atau ala barat, bisa saja. yang
membedakan yang signifikan Adalah ketidaksukaan mereka terhadap penguasa atau
pemerintah yang tidak memberlakukan syariat islam Secara menyeluruh.
Rosiana Silalahi :
Jadi ada paham universal seperti
itu. Yang secara general secara umum.
Ali Imron :
Iya, secara umum Itu. Kemudian
yang kedua yaitu Pemikiran. Pemikirannya pemahamannya adalah tentang jihad
dalam arti perang. Itu yang tidak bisa di, itu yang tidak bisa disembunyikan
dari ciri yang signifikan pada terrorist.
Rosiana Silalahi :
Pengalaman anda. dan anda tentu
juga mengikuti apa yang terjadi belakangan ini itu. Sebenarnya berapa lama sih
yang dibutuhkan oleh remaja atau usia usia muda lainnya untuk menerima paham
ini dan kemudian tergerak untuk bergabung dalam kelompok teror.
Ali Imron :
Jadi tidak lama, tidak lama. Kalau
seperti saya ini memahamkan orang itu cukup hanya 2 jam saja.
Rosiana Silalahi :
2 jam anda bisa mampu memprovokasi
untuk bergabung dengan anda.
Ali Imron :
Memprovokasi sampai siap bunuh
diri.
Rosiana Silalahi :
2 Jam
Ali Imron :
Iya.
Rosiana Silalahi :
Apa yang anda katakan
Ali Imron :
Yang saya katakan adalah JIHAD. Yaitu
syariat JIHAD atau Perintah ALLAH. Dalam bentuk artian PERANG. Keutamaannya
JIHAD. Kemudian hasil atau apa istilahnya Kesudahan dari JIHAD itu sendiri
yaitu MATI SYAHID. Nah, tapi mohon maaf. Sampai sekarang ini saya belum pernah
merekrut oranguntuk bunuh diri, belum pernah. Dan Insya ALLAH ngga
akan. Jadi jangan kita artikan itu membujuk anak-anak dengan permen. Bukan. Tetapi
tadi kita sampaikan, karena apa orang yang ikut dalam jaringan ini baik yang
afiliasinya kepada Al-Qaedah ataupun ke ISIS itu mayoritas sudah punya basic. Basic
apa itu, basic tentang JIHAD. Nah makanya kalau sampeyan ikutikan yang bunuh
dirikan adakan dari Pesantren. Mayoritas pengikutnya dari Pesantren. Kan mereka
punya Basic. Basic tentang apa, tentang masalah JIHAD. Ketika punya basic
masalah JIHAD ini tinggal diarahkan. Itu. Basic secara JIHAD yang dari Al-quran
sama Sunnah itu tinggal di poles di belokkan. Contohnya JIHAD itu sebetulnya di
medan perang. Kita perang, ada musuh. Tetapi dibelokkan.
Rosiana Silalahi :
Ketika misalnya ada terpidana terrorist yang sempat keluar
tapi kemudian terlibat dalam kegiatan teror lainnya menurut anda apa yang salah
padahal sudah pernah di penjara. 2 kali di penjara tapi itu pun tidak mampu
membuat mereka jera terrorist ini. apakah anda mengatakan ada yang tidak
optimal dengan deradikalisasi yang terjadi.
Ali Imron :
Banyak faktor kenapa orang yang
sudah ditangkap masih belum sadar. Itu banyak faktor artinya diantaranya adalah
faktor ketika didalam penjara ini masih berhubungan dengan kawan kawannya yang
sepemikiran. Kalau berhubungan dengan saya yang sudah menyadari kesalahan dan tobat
dari aksi teror. Itu Insya Allah akan ikut saya.
Rosiana Silalahi :
Anda cukup kwatir ngga bahwa ISIS
bisa mendapat tempat di Indonesia.
Ali Imron :
Kalau kekhawatiran ada. Cuma kan
begini. Kalau saya ngga begitu khawatir. Wong saya sudah jadi terrorist. ISIS
baru muncul kok. Tapi yang saya Khawtir ini umat secara umum. Terpengaruhnya umat
untuk memiliki pemikiran ISIS ini, menurut saya bahaya. Ketika di Irak dan
Suriah. Mengumumkan memproklamirkan sebagai IS, atau KI atau Khilafah Islamiyah
atau Islamic State. Seluruh umat islam harus berbaiat ke sana. Siapa dari umat
Islam yang tidak maka, statusnya kalau sudah tahu berarti MURTAD. Keluar dari
Islam berarti KAFIR. Ini membahayakan.
Rosiana Silalahi :
Membahayakan kalau ada tokoh yang
juga mengatakan ISIS adalah sahabat kita.
Ali Imron :
Ya, Bahaya juga. Sahabat dalam
artian apa. Karena pernyataan pernyataan yang seperti itu nanti akan apa
membuat rancu di masyarakat. Menurut saya dengan masalah deradikalisasi masyarakat
itu harus tahu. Secara fakta secara aktual dan lain sebagainya.
Rosiana Silalahi :
Misalnya kalau kita lihat di
social media itu ada ceramah ceramah yang membakar, yang dengan mudah
mengkafir-kafirkan orang.
Ali Imron :
Sangat potensi. Dan menurut saya
harus ada hukum yang menjerat itu. Karena apa Seterorist apapun. Atau sekuat
apapun mesti takut dengan hukum. Contohnya misalnya saya sekarang. Saya ceramah
misalkan. Wahai orang-orang Kafir. Ayo kita XXX (Sensor). Ngga ada hukum. Saya enak
saja. nah yang dengarkan pun senang. Karena ngga ada hukum. Ayo kita ikuti
ceramahnya ustad ini begitu. Ini berbahayalah. JELAS.
Rosiana Silalahi :
Katakanlah kemudian pimpinan
pimpinan Top dari JI sudah tidak ada begitu. Meskipun berbeda paham dan kemudian
JI juga sudah mulai melemah. Apakah kita perlu merasa khawatir.
Ali Imron :
Ketika dengar pengeboman atau
terjadi pengeboman yang dilakukan oleh kami, orang orang JI itu, masyarakat
supaya tahu bahwa itu adalah oknum JI. Bukan program JI. Kami menurut saya dan
menurut kami. Alumni afganistan dan Filipina itu kurang dari 400 orang. Itu yang
hingga sekarang ini terlibat pengeboman baru 10 orang. Yang 390 orang semuanya
tidak setuju dengan aksi aksi yang seperti itu.
Rosiana Silalahi :
Berapa banyak sih sesungguhnya. Sel
sel yang bisa dibangun sebagai kelompok kelompok yang bisa membangun teror ini.
Ali Imron :
Indonesia ini paling tidak ada 2
Kiblat atau Afiliasi. Yang satu Afiliasinya ke Al-Qaedah. Yang kedua
afiliasinya ke ISIS. Nah, karena dua afiliasi ini tentunya kalau pandangan saya
sebagai yang pernah didalamnya. Tentunya banyak dan besar. Tetapi kalau
dibandingkan dengan 170 juta umat Islam ya Kecil. Atau 250 juta umat Islam
Rakyat Indonesia. itu kecil. Tetapi jangan sampai kita pernah meremehkan. Artinya
bahwa seperti sekarang ini deradikallisasi yang kami lakukan. orang yang tidak
tahu peta terorisme di Indonesia mesti akan mencibir apa yang dilakukan pemerintah.
Ngga berhasil dalam deradikalisasi. Itu orang yang ngga tahu peta terorisme di
Indonesia. kalau yang saya tahu, saya bersyukur karena apa terrorist di Indonesia
banyak. Paham ya maksudnya, Terorist di Indonesia itu banyak. Tetapi kalau aksinya
hanya seperti itu. Bukan saya meremehkan nyawa. Seperti di kampung melayu itu
aksi apa, makanya harus tetap kita syukuri dan kita harus berkomitmen semuanya
untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan.
Rosiana Silalahi :
Karena semuanya itu dimulai dari
Paham yang salah.
Ali Imron :
Iya. Itu. Makanya itu, kenapa
saya ngotot seperti ini deradikalisasi karena apa saya sebagai orang islam yang
menjunjung tinggi JIHAD. Menjunjung tinggi negara Islam. Saya dirugikan. Kenapa
dirugikan, karena akhirnya umat ini. apalagi umat non-muslim. Umat islam saja
fobia terhadap JIHAD. Benar ngga. Kemudian Fobia terhadap negara islam. Karena
apa disuguhkan JIHAD itu seperti itu. Sehingga akhirnya orang Fobia. Padahal sebetulnya
JIHAD itu tujuan untuk apa, untuk menjaga nyawa orang sebetulnya. JIHAD sendiri
itu untuk menjaga nyawa agar tidak sia-sia. Dimatikan oleh sesuatu kekuasaan
atau kezaliman. Jadi saya merasa dirugikan. Kenapa saya ngotot deradikalisasi
sampai saya dicibir oleh kawan-kawan kamu deradikalisasi berarti kamu ini deJihadisasi.
Saya bantah. Mau pakai nama apapun, saya ingin mencegah supaya generasi ini
tidak salah dalam melakukan JIHAD.
Artikel Lainnya :
|
Youtube : Wawancara Mantan Terorist Bersama Rosiana Silalahi
Terima Kasih. Semoga Bermanfaat.
GBU