Amerika Serikat menginvasi Irak Pada Tahun 2003 untuk menumbangkan rezim Presiden Saddam Hussein yg dituduh
memiliki Senjata Nuklir. Walaupun, pada akhirnya hanyalah semu semata.
Setelah 15 Tahun AS berada di Irak. Ribuan nyawa orang, baik
sipil atau militer telah melayang dengan percuma. Infrastruktur rusak, jalanan
rusak, dan berbagai tangisan kepedihan lainnya.
Kehadiran militer AS memiliki dampak negatif di Irak.
Disatu sisi AS berhasil menghancurkan kedikdatoran Saddam
Hussein yang kejam. Namun disisi lain, Kematian Saddam Hussein menyebabkan Irak
kehilangan Predator. Memicu sel-sel
ISIS yg ingin bangkit sejak 1999 tercapai.
Tak pelak, Tahun 2014.
ISIS mendeklarasikan dirinya kepada dunia, lalu menyerang negara-negara
sekitarnya untuk dicaplok dan diubah menjadi Kekhalifahan.
Tahun 2018. Amerika Serikat berserta Pemerintah Irak
berhasil meredam keganasan ISIS dengan menyelamatkan 4.500.000 Juta warga Irak dari Kontrol kekuasaan pasukan ISIS.
MENUTUP SELURUH PANGKALAN
MILITER DI IRAK
Pada Tanggal 11 Februari 2015. Melalui juru bicara gedung
putih dilansir dari AFP.
Mantan Presiden AS, Barrack Obama mengatakan :
Tak ada niat untuk membawa tentara AS
perang terus terusan berkepanjangan di kawasan timur tengah. Sahutnya.
Hal tersebut senada dengan apa yang dikatakan oleh Presiden
Donald Trump yang menyebut biaya perang membebankan anggaran keuangan dan
ekonomi bagi rakyat AS.
Trump menginginkan agar menarik tentara AS dari Suriah kembali
ke rumah agar mereka menentukan dirinya sendiri dan membiarkan negara lain mengurus
biaya perang yang mahal tersebut.
Biarkan orang lain yang mengurusnya
sekarang. Sebentar lagi kami akan pergi, sesaat lagi. Kami akan kembali ke
negara kami di mana kami hidup disini. Sahutnya.
Pada Tanggal 30 April
2018. Secara resmi melalui upacara penonaktifan.
Markas Besar Komando Pusat AS di Baghdad dinyatakan di tutup
(close). Sekaligus mengalihkan misi CJFLCC ke misi Joint Task Force Operation
Inherent Resolve (JTF-OIR)
Upacara Penutupan dan Perpisahan dihadiri pula oleh Pemimpin
Irak.
Mulai saat ini, Pasukan AS di Irak dikurangi. Tentara AS
dipindahkan ke Jazirah Arab dan ke Afghanistan dan misi di Africa lainnya.
Di jazirah arab, tentara US Army dipindahkan ke Kuwait
bergabung dengan 15.000 tentara, ke
Bahrain bergabung dengan 7.000 tentara.
Ke United Arab Emirates bergabung dengan 5.000
tentara, ke Yordania bergabung dengan 1.500 tentara dan ke Qatar bergabung dengan 10.000
tentara yg berada di Pangkalan Al Udeid Air Base.
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengklaim telah
mencapai kemenangan melawan ISIS di bulan desember 2017 yang lalu.
Keinginan penarikan tentara AS atas desakan dan hasutan banyak
warga Irak itu sendiri.
Qais Al Khazali mengatakan :
Kepada Pemerintah AS, Pasukan militer
anda harus segera bersiap meninggalkan tanah irak secepat mungkin tanpa
penundaan setelah alasan penumpasan ISIS selesai.
Mohand al-Eqqaby mengatakan :
Sikap kami jelas. Amerika Serikat
tidak ada di awal krisis ISIS. Saat kami sangat membutuhkannya. Kami kuat
sekarang selama kami masih bisa bertempur. Irak tidak membutuhkan tentara
Amerika di tanah kami.
Hadi al-Amiri mengatakan :
Tentara Amerika Serikat harus
meninggalkan Irak menyusul pembersihan berbagai daerah dari teroris ISIS.
OPERASI PASUKAN KHUSUS
Ini bukan berarti semua tentara AS pulang dari Irak
Phillips mengatakan :
Rakyat Irak telah melakukan pekerjaan
dengan baik dan tidak lagi membutuhkan banyak bantuan seperti yang mereka
lakukan sebelumnya.
Pergeseran ini memberikan sinyal bahwa : itu tidak berarti
semua tentara AS pulang dari irak setelah markas permanen di tutup.
Kehadiran Pasukan Khusus AS, mobil-mobil pasukan khusus, dan
Helikopter-Helikopter Khusus dalam jumlah kecil tetap ada untuk melatih,
menasihati, membantu dan memastikan kejadian penyerangan Terorist ISIS tak
terulang kembali di Irak.
Pasukan Khusus dapat dipanggil dan berpangkalan pusat di
negara Qatar, UEA, Bahrain, Yordania dan Kuwait.
Jenderal Walter Piatt mengatakan :
Terima kasih atas keberhasilan
bermitra bersama kami. Kami dapat melanjutkan dukungan kepada pemerintah irak
di bawah komando CJTF-OIR yang terpadu.
Kami berharap dapat membawa kemitraan
ini maju dengan persahabatan yang dapat bertahan selama tahun tahun yang akan
datang. Sahutnya.
Artikel Lainnya :
|
BERBAHAYA :
Foto : ISIS Daulah Khilafah |
Jens Stoltenberg, Norwegia. Pengamat Politik dan Militer
dari North Atlantic Treaty Organization NATO mengatakan :
Pelajaran yang didapat dari irak
adalah bahwa berbahaya untuk pergi terlalu dini karena mungkin dipaksa kembali
ke operasi tempur melawan IS (Islamic State).
Pertanyaan selanjutnya adalah kekosongan keamanan di irak
dapat memicu ISIS tumbuh kembali.
Apa siasat taktik dan strategi perang ISIS di
kemudian hari.
ISIS belum kalah secara total.
ISIS dapat menyerang balik mencaplok dan merubah kembali irak menjadi negara IS. Hal ini memicu
anggaran yang besar apabila perang kembali berlanjut ke Jilid II sehingga
membebankan ekonomi AS itu sendiri karena biaya perang yang mahal.
Terima Kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU