Menatap Bagaimana Masa Depan Industri Militer Uni Eropa (EU). Berada di 2 Jalur Pilihan Persimpangan yg Sulit (2018)
Keluarnya United Kingdom (Inggris) (Brexit) dari ‘Uni Eropa’
telah membuat perubahan yg signifikan. Sehingga mengubah armada kekuatan Uni
Eropa dengan kehilangan salah satu negara terbaik dari kerajaan ratu Elizabeth
itu.
Uni Eropa yg terdiri dari 27 negara. Dalam beberapa tahun
mendatang akan memiliki 2 jalur pilihan persimpangan yang sulit untuk
mempertahankan keamanannya melawan ancaman dari Rusia dan polemik persaingan
industri.
Disisi lain, Uni Eropa kudu mesti menghadapi perang dagang
ekonomi & persaingan yg sangat ketat di ranah industri militer, melawan teknologi-teknologi
tinggi yg diciptakan oleh Amerika Serikat, China, Rusia dan Israel.
Walaupun AS sebagai sekutu Uni Eropa, Filisofi ‘American First’ dan keputusan-keputusan
bertolak belakang yg digadang-gadang oleh Presiden Donald Trump. Menyulitkan
Uni Eropa.
Pilihan yang dibuat oleh politisi, jenderal dan eksekutif
menentukan strategi dan struktur masa depan pertahanan dan industri militer EU
kedepannya.
INDUSTRI MILITER UNI EROPA
Lebih dari 600.000 orang ilmuwan & insinyur Uni Eropa
bekerja bergotong royong dalam pengembangan teknologi persenjataan mutakhir.
Airbus industri yg mengembangkan pesawat tempur dan pesawat
komersial sipil telah terjual laris ke pasar kedirgantaraan global
internasional.
Nama-nama perusahaan raksasa teknologi militer.
Seperti EADS, DCNS,
NEXTER, THALES, SAAB DEFENSE, RHEINMETALL, MBDA, LEONARDO FINMECCANICA dan AIRBUS. Semua ini merupakan susunan
para juara nasional EU.
Uni Eropa memproduksi banyak pesawat, kapal selam, sistem
elektronik, cyber security, frigat, kendaraan tempur lapis baja, tank tempur,
mesin, helikopter, drone, senapan, artileri, dll
EU menjualnya ke pelanggan internasional. Tank Leopard dan pesawat seperti Eurofighter Typhoon merupakan merk yg
terkenal luas.
Tapi fakta telah membuktikan, kemampuan industri EU
berangsur-angsur menghadapi tantangan persaingan yg sulit menghadapi
bangsa-bangsa lain seperti Amerika Serikat, China, Rusia dan Israel. Ini daftar
kandidat pesaing yg sangat sulit untuk di taklukkan.
Perkembangan teknologi menuntun EU membutuhkan anak bangsa
lokal yg kudu benar-benar super jenius & super pintar untuk memecahkan
masalah kebuntuan ilmu pengetahuan di bidang ranah teknologi militer tersebut.
Hal ini diperparah dengan anggaran
nasional EU di sektor pertahanan sedikit demi sedikit menyusut. Masa depan Uni
Eropa sebagai perusahaan produsen inovasi pertahanan beresiko menghadapi kehancuran total.
Di tambah dengan perbedaan pandangan
sesama EU yg terkadang-kadang saling tak akur antara negara satu dengan yg
lainnya. Apakah Uni Eropa kelak dibanjiri oleh produk-produk senjata impor atau hanya menjadi pihak penyedia bahan baku dan perakit komponen teknologi saja, bukan lagi sebagai produsen.
Tentu politisi EU tak menginginkannya…?
PILIHAN SULIT TERJEBAK
DALAM CENGKRAMAN AMERIKA SERIKAT & CHINA
Uni Eropa sejak lama bermusuhan dengan Uni Soviet (Sekarang
namanya Rusia). Jadi mustahil bagi EU bersahabat dengan Rusia.
Di sisi lain, Uni Eropa terjebak dalam cengkraman kekuatan
Super Power Amerika Serikat dan disisi yg lain negara-negara EU dibanjiri oleh
produk-produk asal negeri yg jauh disana. Siapa lagi kalau bukan negeri tirai
bambu, Made by China.
Program One Belt One Road, Jalur
Sutra Abad 21 yg berasal dari gagasan visi globalisasi ala China.
Menghubungkan Uni Eropa & China melalui rel kereta darat dan kapal laut.
Hanyalah semakin memperparah dan mempercepat produk-produk
China membanjiri Uni Eropa. EU tak dapat mengelak dari keahliaan China sebagai
pebisnis yg aduhai hebatnya.
Artikel Lainnya :
|
BERINVESTASI DALAM
KEMAMPUAN UE ADALAH PILIHAN YANG LEBIH BAIK
Mempertahankan basis industri pertahanan yg berdaya saing
tinggi merupakan kebutuhan mutlak. EU tentu tak ingin kalah bersaing ketika
perusahaan lokal tak mampu lagi menyediakan teknologi yg lebih baik dari
pesaingnya. Kemampuan kerjasama antara pemerintah EU dan startup-startup
teknologi lokal baru untuk memproduksi barang & jasa peralatan generasi
berikutnya penuh dengan tantangan berat.
Sulit, tentu pilihan diatas merupakan sesuatu yg sangat
sulit bagi EU untuk kedepannya dalam menghadapi persaingan melawan teknologi Amerika
Serikat, China, Israel dan Rusia yg dimana teknologi-teknologi militernya
semakin hari semakin sulit untuk dikejar ilmu pengetahuannya, baik dari sisi
harga yg lebih murah, kualitas yg lebih baik dan kemampuannya yg unik menuntun
keahliaan yg tinggi. Ini tentu menjadi PR tersulit bagi EU di masa depan.
Bertahan atau tetap mempertahankan industri militer yg ada
semampu mungkin merupakan pilihan bijak tak terhindarkan bagi EU.
Atau pemerintah Uni Eropa dapat menutup seluruh basis
militer mereka dan meninggalkannya untuk memilih dengan kerendahan hati kepada
tuan Mr Amerika Serikat sebagai pemasok tunggal peralatan militer EU.
Tetapi ini bertentangan dengan tujuan para politisi EU
yg menyerukan agar Uni Eropa tetap memiliki kendali penuh agar tak tergantung dari negara America Serikat.
Rusia yg menjadi musuh EU semakin menunjjukkan perilaku tak
menyenangkan.
Contohnya menempatkan rudal balistik nuklir Iskander di sepanjang
perbatasan, patroli pesawat bomber Rusia yg sering kali melintas membuat denyut
jantung warga EU kian gugup, dan aktivitas Rusia yg mencaplok semenanjung
Crimea di Ukraina membuktikan tajamnya taring si beruang merah.
Pilihan yg lebih baik bagi pemerintah Uni Eropa adalah
mempertahankan independensi strategis bersama Amerika Serikat untuk menjadi
mitra terpercaya.
Memastikan AS tetap merupakan persekutuan Pakta Pertahanan
Atlantik Utara (NATO) yg terus harmonis secara bersama-sama agar Amerika
Serikat menyediakan perlindungan keamanan bagi EU.
Namun hubungan ini dapat riskan. Amerika Serikat dapat
menjadi arogan ketika menjadi penyedia tunggal persenjataan & perlindungan
militer bagi EU.
Berinvestasi dalam
kemampuan didalam diri EU adalah pilihan yg lebih baik. Memastikan kelak United Kingdom
berubah pikiran agar kembali kepangkuan EU di tahun-tahun mendatang dan terus
merangkul kawasan Eropa yg belum masuk daftar EU untuk dijadikan pemerintahan
bersama dalam pasal 49 perjanjian Maastricht.
Pada tahun 2018.
Uni Eropa telah siap menambah perluasan wilayahnya dengan
menjadikan negara Islandia, Makedonia,
Montenegro, Albania, Serbia, Bosnia, Herzegovina untuk masuk dalam
integrasi daftar antri negara baru bagi Uni Eropa.
Termasuk berusaha mengajak Ukraina dan Turki masuk
ke EU walaupun negara-negara EU lainnya menentangnya.
Termasuk mengajak negara-negara non-eropa terluar masuk
ke EU. Negara-negara di Kepulauan Karibia
merupakan salah satu kandidat.
Sehingga diharapkan EU menjadi bangsa yg lebih besar dari
sebelumnya dengan jumlah penduduk diharapkan mencapai lebih dari 600.000.000
juta orang. Untuk mempercepat pertumbuhan manusia yg nanti menjadi investasi terbaik bagi EU. EU menggunakan langkah tak biasa dengan menerima semakin banyak pengungsi perang dari Timur tengah
Dengan jumlah penduduk EU yg lebih besar dan wilayah yg lebih luas, berarti mempercepat perkembangan pasar investasi ekonomi yg besar.
Sehingga memastikan Amerika Serikat tak dapat seenaknya mengatur Uni Eropa. Sekaligus memberikan tanggapan serius bagi Rusia.
Sehingga memastikan Amerika Serikat tak dapat seenaknya mengatur Uni Eropa. Sekaligus memberikan tanggapan serius bagi Rusia.
Terima Kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU