United
Technologies dan Raytheon resmi menggabungkan bisnis.
United Technologies adalah perusahaan senjata asal AS menyediakan
komponen pesawat tempur, pesawat sipil, mesin, peralatan elektronik, komunikasi, energi,
sistem prediksi, dll.
Sedangkan Raytheon dikenal sebagai pemasok
peralatan rudal, cyber, nanotechnology, kuantum, sensor, machine vision,
internet, nanomaterial, AI, avatar, robot, satelit, dll.
Produk
terkenal Raytheon adalah rudal Tomahawk.
Beberapa
perusahaan senjata lain menatap kwatir terhadap penggabungan tersebut karena
dapat menimbulkan efek resiko seperti kesulitan akibat persaingan semakin
kompetitif, harga keuntungan laba terkuras semakin mengecil akibat penghematan
dan pemangkasan perang harga yang sulit dilawan, komunitas pemegang saham mengalami
kerugian jika salah menempatkan investasi, skala keuangan sulit ditandingi, hak
paten penelitian pengembangan R&D tertinggal jauh, dan pemecatan PHK karyawan
bakalan bertambah bagi industri senjata yg kalah bersaing.
Raytheon dan United Technology bergabung menggunakan nama baru.
Yaitu ‘Raytheon Technology’.
Yaitu ‘Raytheon Technology’.
David
Rosenberg, ahli ekonomi mengatakan :
Apa yang dilakukan dengan
tujuan merger ini adalah ingin melenyapkan sumber pesaing. Ini adalah cara luar
biasa untuk meningkatkan posisi kekuatan mereka. sahutnya.
Diana
L moss mengatakan :
Mereka menggunakan langkah yang
ditingkatkan dan kekuatan pasar ditingkatkan sehingga berpotensi membuat
pesaing mereka lebih sulit bersaing.
Sahutnya.
Pada
tahun 2018 yang lalu. Raksasa senjata asal Amerika Serikat seperti Northrop Grumman dan Orbital bergabung, (merger) menjadi nama baru Northrop Grumman Innovation Systems. Adapula L3
Communication dan Harris Corporation melakukan hal yang sama (merger). Menciptakan
perusahaan baru yg disebut L3 Harris.
Gabungan
L3 Harris mampu meraup pendapatan bersih senilai Rp 175 triliun rupiah per
tahun. (Per 2017).
Peneliti
sejak lama telah memperkirakan. Aksi caplok mencaplok, bantai membantai, merger
(M & A) akan terus berlanjut. Industri senjata kecil yg tak inovatif dan
tak efektif, bakalan di hantam habis-habisan dan dijebak kedalam dilema utang
menggunung hingga akhirnya mati berdarah-darah karena tak mampu membayar utang
perusahaannya atau dicaplok oleh industri lebih besar.
Sisi
positif aksi persaingan semacam ini yaitu konsumen pelanggan internasional
diuntungkan karena mendapatkan produk senjata dan teknologi berharga lebih murah, lebih
canggih dan lebih berkualitas.
Bagaimana perusahaan Israel menilai terhadap
merger Raytheon dan United Technology
Salah
satu perusahaan di Israel, Elbit System terus mengawasi peta persaingan melawan
Raytheon Technology asal Amerika
Serikat dan perusahaan-perusahaan persenjataan lainnya.
Elbit
System terus mencermati dan berkomitmen untuk melakukan dan menemukan celah
peluang upaya apa saja sekecil apapun demi memperluas portofolio dan terus
menggoda pasar agar meningkatkan pemasaran produk untuk kehadiran teknologi
Israel secara Internasional.
Merger
semacam itu dapat pula dilihat oleh perusahaan Israel sebagai teknik strategi
mencari divestasi & kerjasama menguntungkan untuk meningkatkan level
walaupun dalam ruang lingkup persaingan sengit.
Sebagai
informasi.
Beberapa
tahun yang lalu. Elbit System mencaplok perusahaan IMI System. Menciptakan
industri senjata asal Israel yg mampu meraup pendapatan bersih senilai Rp 59 triliun rupiah. (Kurs dolar Rp
14.300) (Per 2017).
Lembaga
Stockhlom SIPRI. Melaporkan bahwa perusahaan Israel, Elbit System adalah
industri senjata terkaya nomor peringkat #28 di dunia.
Sedangkan
Raytheon peringkat #3 di dunia. United Technology peringkat terkaya #11 di
dunia berdasarkan kategori industri persenjataan.
Penggabungan
Raytheon Technology mampu menghasilkan pendapatan keuangan senilai Rp 455 triliun rupiah per tahun dari
penjualan produk dan alat-alat persenjataan. (Net income berdasarkan data Per
2017).
Thomas
dari kepala eksekutif Raytheon mengatakan :
Ini semua hanyalah sebuah
permainan yang bagus untuk Amerika Serikat. Menjadikan kita negara yang jauh
lebih baik dan jauh lebih kuat. Negara kita dibangun di atas para pekerja keras
yang gigih. Ini win win solution untuk semua.
Sahutnya.
Baca juga :
Bagaimana tanggapan pemerintah Amerika Serikat
Raytheon
Technology memang perusahaan asal AS. Tetapi bukan berasal dari plat merah
BUMN, bertindak sebagai kapitalis swasta yg dikwatirkan oleh presiden Donald
Trump.
Karena suatu saat mereka dapat menaikkan harga suku cadang menjadi mahal sesuka
hati mereka demi menarik keuntungan sehingga bisa melemahkan pertahanan negara AS dan merusak ekonomi
negara AS itu sendiri.
Berbeda
dengan negara lainnya seperti Rusia, Israel, Turki, Iran, dan China. Dimana
mayoritas perusahaan teknologi senjata dimiliki oleh BUMN.
Amerika
Serikat sudah terlambat dibidang ini membiarkan swasta menguasai penuh produksi
persenjataan di dalam negerinya sendiri.
Sejak
58 tahun yg lalu. Pada tahun 1961. Presiden AS Dwight Eisenhower telah
memperingatkan regulasi dan parlement negara terhadap kontrol military
industrial complex sebagai bencana darurat.
United
Technologies dan Raytheon perlu meyakinkan pemerintah Amerika Serikat bahwa
mereka loyal dan masih setia terhadap negara. Tetapi bentuk ini sebenarnya
sudah bendera merah. Karena
pemerintah AS udah kesulitan untuk mengakuisisi perusahaan senjata swastanya yg
telah menggurita menjadi raksasa.
Setiap
penyusutan dalam jumlah perusahaan senjata di dalam negeri AS seharusnya
menjadi masalah besar bagi badan pertahanan Amerika Serikat. Kekhwatiran utama
pemerintah AS adalah inovasi di sektor pertahanan, perancangan dan pemproduksi
sistem senjata baru dan paling vital yg melindungi hajat hidup banyak warga AS
malah dikuasai oleh swasta bukan BUMN.
Selain Raytheon Technology. Pemerintah AS juga bermasalah dengan perusahaan swasta besar lainnya dalam negeri seperti Lockheed Martin, Boeing, Google, Facebook, Apple, Amazon, Twitter, Microsoft, dll…
Belum jelas bagaimana pemerintah AS mengatasi hal ini....., atau hanya kekwatiran sesaat semata yg sebenarnya tak perlu ditakuti, malahan ini menguntungkan Amerika Serikat selama nasionalisme perusahaan dan pendidikan kesetiaan negara di pertahankan.
Belum jelas bagaimana pemerintah AS mengatasi hal ini....., atau hanya kekwatiran sesaat semata yg sebenarnya tak perlu ditakuti, malahan ini menguntungkan Amerika Serikat selama nasionalisme perusahaan dan pendidikan kesetiaan negara di pertahankan.
Terima
kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU