Benarkah Artificial Intelligence, Robot dan Otomatisasi menciptakan lebih banyak pekerjaan baru (2019)
Dalam sebuah acara di
Jakarta Convention Center (JCC)
Presiden Joko Widodo
(Jokowi) tak percaya jika revolusi industri 4.0 menghilangkan banyak lapangan
pekerjaan, sebaliknya Jokowi percaya robot, kecerdasan buatan dan otomatisasi
justru menciptakan lebih banyak pekerjaan baru.
Inilah yang harus kita pahami kita mengerti dan
kita antisipasi. Dari laporan laporan yang diterima termasuk dari menteri
perindustrian dan saya percaya itu, saya percaya bahwa dampak dari revolusi
industri 4.0 ini akan 3000 kali lipat dibandingkan dampak revolusi industri
pertama sekitar 200 tahun yang lalu. Saya mempercayai itu,"
kata Jokowi.
Analisa Jokowi berasal
dari data lembaga kredibel Mckinsey Global Institue.
Dalam laporan berjudul
Automation and the future of work in Indonesia.
McKinsey melaporkan
bahwa memang benar adanya otomatisasi dan robotika melenyapkan dan
menghancurkan lebih dari 23.000.000 juta pekerjaan. Tetapi disisi lain diprediksi
menciptakan 46.000.000 juta pekerjaan baru di tahun 2030.
Pendapat presiden
Jokowi didukung pula oleh beberapa menteri yang mengatakan bahwa robot memang
menggantikan pekerjaan manusia di bidang industri. Tapi nanti seseorang
mendapatkan pekerjaan baru, yaitu manusia membuat robot.
Benarkah Artificial Intelligence, Robot dan Otomatisasi
menciptakan lebih banyak pekerjaan baru
Lain pendapat McKinsey
Global Institue, lain pula pendapat Elon Musk.
Elon Musk percaya
bahwa robot dan kecerdasan buatan justru membuat banyak pekerjaan menjadi tak
lagi berarti. Beliau percaya bahwa 75.000.000 juta pekerjaan akan hilang di
tahun 2022. Sehingga kita punya banyak waktu luang.
Kesimpulan bahwa opini
dari McKinsey Global berbeda dengan opini dari pakar teknologi pelopor mobil
listrik TESLA tersebut.
Elon Musk mengatakan :
AI dapat menulis software programnya
sendiri. Sahutnya.
Jadi, robot dipastikan
menggantikan pekerjaan manusia di bidang padat karya dari yang tadinya butuh
10.000 tenaga kerja manusia, sekarang hanya membutuhkan 100 orang saja.
Kemudian untuk membangun robot. Robot dapat menciptakan robot baru yang lain
secara otomatis. Jadi kita tak butuh lagi tenaga kerja manusia yang banyak.
Pekerja manusia yang dibutuhkan pada tahun 2030 adalah orang-orang
berpendidikan dengan skill tinggi seperti lulusan S2 & S3 dari universitas
terkenal. Mereka akan digaji tinggi.
Jumlah ilmuwan &
insinyur berpendidikan tinggi juga ngga butuh jumlah skala besar. Cukup seukuran
50.000.000 juta orang saja sudah dapat menghandle 7,7 miliar orang.
Kabar baiknya, Elon
Musk mengklaim bahwa AI dan Robotika memiliki kelemahan dibidang sosial. Jadi
pekerjaan berhubungan dengan sentuhan emosi manusia. Itu takkan mungkin dapat
digantikan oleh AI. Mesin takkan sanggup menggantikan kenyamaan perasaan
manusia.
Contoh pekerjaan
berinteraksi dengan manusia. Adalah pelayan
hotel, pejabat politik, presiden, menteri, tukang ledeng, perias wajah, guru, koki restoran, polisi, pemandu wisata, perawat,
dokter, host bigolive, konsultan, pemotong kayu, dosen, tukang infrastruktur, pengantar,
penyanyi, pedagang, teknisi listrik panggilan, teknisi AC panggilan, bidan, pemilik
barak kos-kosan, apoteker, pembersih hotel, office boy, ASN, seniman, manajer, desainer,
satpam, psikolog, ahli bengkel, honorer, penggali kuburan, tukang kebun, trading saham, ahli
trading option binary, pembantu rumah tangga, pemilik sarang burung wallet,
peneliti, baby sister, youtuber, pengangkut pasir,
kontraktor bangunan, instrukstur senam, bahkan hingga PSK (pekerja seks
komersial).
Ketrampilan disebutkan
diatas ini nampak ada dari beberapa diantaranya terlihat berkemampuan skill
rendah sehingga tak butuh upgrate skill tinggi-tinggi banget kok.
Persebaran lokasi
geografi menjadi salah satu penentu kesuksesan seseorang. Misalkan si A membuka
toko dagang di lokasi A. Seseorang si B bisa menyontek meniru keberhasilannya
dengan membuka toko dagang di lokasi B. Dimana si A tak hadir di lokasi
tersebut.
ANTISIPASI MEREBAKNYA AI DAN ROBOTIKA
Banyak pekerjaan
repeat (berulang) seperti yang diterapkan oleh buruh di pabrik industri. Sebenarnya
hampir keseluruhan dapat digantikan oleh robot dengan produktivitas yang lebih
tinggi. Jadi walaupun disisi lain robot memicu jumlah pengangguran secara
besar-besaran dan demo PHK besar-besaran.
Namun kita juga
haruslah menyadari bahwa robot bermanfaat bagi peningkatan kehidupan kita.
Sehingga kita tak membutuhkan lagi bekerja dari pagi sampai pagi hanya untuk
merakit, mengepak dan melakukan pekerjaan pabrik berulang-ulang karena semua
bisa diambil alih oleh robot.
Oh iya, robot tak
mengenal lelah. Kecuali lowbet atau aus kepanasan. He he…,
AI
dan Robotika
Saya lebih setuju terhadap
pendapatan Elon Musk.
Bahwa alih-alih
menciptakan pekerjaan baru, kedepan malah AI mengusur banyak pekerjaan, mempengaruhi
kinerja upah dan berdampak besar pada angka jumlah pengangguran atau orang banyak
menjadi tak bekerja karena sulit mendapatkan pekerjaan akibat persaingan
perebutan kerja yang ketat dengan jutaan orang.
SOLUSI
Mobil otonom segera
tiba, pertanian robotika presisi segera tiba, software berbasis AI segera
merebak, sistem kedokteran berpemindai X yang dapat mendiagnogsa segera
merebak, uang digital cryptocurrency tanpa perantara semakin mewabah.
Pengangguran dipastikan
merebak secara drastis di masa depan.
Melarang teknologi ini
beroperasi sama saja artinya negara tersebut tertinggal dalam revolusi 0.4.
Namun menyetujui teknologi ini beroperasi dikawasan negara ini sama pula
artinya menciptakan jumlah pengangguran skala raksasa.
Belum ditemukan solusi
tepat untuk mengatasi permasalahan ini.
Solusi kuno dengan
langkah teknik cara membuat lebih banyak lapangan pekerjaan baru sudah tak
memungkinkan lagi di zaman modern sekarang ini karena diambil alih AI
(Artificial Intelligence).
Pepatah memberikan
pancing kepada seseorang juga sudah tak relevan. Berilah ikan. Merupakan
istilah tepat saat ini.
Bantuan pemerintah
seperti program PKH, universal basic income, dan bansos (bantuan sosial)
semakin krusial dibutuhkan oleh masyarakat. Karena mereka sudah tak tahu lagi bagaimana meningkatkan potensi diri.
Tak ada cara lain untuk
diterapkan. Kecuali : Pemerintah turun tangan gencar aktif membantu 60%-70% rakyat
yang kurang beruntung secara ekonomi karena upah gaji riil mereka tertekan
melalui cara menyisihkan beberapa persen dari anggaran APBN.
AI, robotika, kecerdasan
buatan, machine learning, computer vision, self otonom, deep learning,
blockchain, sebut saja sesuka anda. Terbukti menciptakan ketimpangan sosial
antara mereka yang menguasai teknologi ini, berpendapatan tinggi dan mereka
yang menderita kemiskinan.
Kesalahan pemahaman
tentang kebijakan pemerintah yang tak memihak rakyat, ketidakefesien infrastruktur
dan penalaran salah terhadap AI.
Pemerintahan negara
yang tak bergerak cepat, salah tepat sasaran memberikan bantuan dan salah
memahami AI. Menciptakan ketidakseimbangan kesejahteraan bagi jutaan-ratusan
juta penduduk dalam negerinya dalam menghadapi perjuangan sehari-hari untuk
bertahan hidup, kemiskinan, kerusuhan politik, malnutrisi, dan perang.
Apalagi di tahun 2019. Tiap negara saling bersaing dengan persaingan yang ketat, bahkan memicu perang dagang dan konflik peperangan.
Apalagi di tahun 2019. Tiap negara saling bersaing dengan persaingan yang ketat, bahkan memicu perang dagang dan konflik peperangan.
Kabar baiknya, dampak
AI tak melulu mewabah ke semua orang. Di Indonesia, kira-kira berdampak kepada 60%-70%
penduduk saja yang kurang beruntung.
Sisanya 30% orang baik-baik saja tak menderita dampak apapun bahkan hidup lebih kaya daripada kebanyakan orang dan mereka tak peduli terhadap perkembangan AI.
Sisanya 30% orang baik-baik saja tak menderita dampak apapun bahkan hidup lebih kaya daripada kebanyakan orang dan mereka tak peduli terhadap perkembangan AI.
Visioner seperti
Martin Luther King, Sir Richard Branson, Mark Zuckerberg, Bill Gates, Elon
Musk, hingga calon presiden Amerika Serikat, Andrew Yang.
Mengklaim bahwa untuk
mengurangi ketimpangan, pengangguran & kemiskinan akibat otomatisasi &
robotika maka pemerintah digagaskan memberikan gaji kepada rakyat miskin setiap
bulan seumur hidup ke rekening bank mereka masing-masing agar dapat memenuhi
kebutuhan hidup dasarnya melalui program UNIVERSAL BASIC INCOME. Di Indonesia program
ini disebut PKH. (Program Keluarga Harapan).
Selayaknya, pemerintahan
negara diciptakan untuk membantu rakyat. Melalui jaminan sosial PKH. Walaupun
sebenarnya PKH takkan sanggup menyelesaikan masalah bagi banyak orang.
Setidaknya mengurangi angka kemiskinan, agar rakyat dapat makan hari ini, untuk hari esok dan kebutuhan dasar lainnya seperti biaya listrik, biaya air, biaya kesehatan, biaya pendidikan dasar, dll.
Menurut penjelasan
pasal 34 UUD 1945. Berbunyi :
Fakir miskin dan anak-anak yang
terlantar dipelihara oleh negara. (2) Negara mengembangkan sistem jaminan
sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
Baca juga :
Youtube : Zaskia Gotik - Ayo Turu
Terima kasih. Semoga
bermanfaat ya. GBU