Rabu, 22 Januari 2020. Presiden Ferancis
Emmanuel Macron tiba di kota Yerusalem, Israel, untuk melaksanakan kunjungan ibadah
dan kegiatan di Gereja Saint Anne.
Gereja Saint Anne
telah berdiri pada tahun 1856 dari pemberian Kekalifahan Ottoman Turki kepada
pemeluk umat Kristen.
Saat kejadian ingin memasuki
ruangan Gereja.
Nampak Presiden Francis marah kepada polisi Israel karena
dianggap menganggu.
Dalam pandangan banyak
orang Kristen.
Gereja merupakan
tempat aman untuk jemaat-jemaat nasrani beribadah. Sedangkan polisi Israel adalah
mayoritas pemeluk agama Zionis Yahudi. Aturan dianggap tak sopan apabila mereka
membawa senjata ke tempat suci seperti Gereja. Apalagi polisi Israel bukanlah
pemeluk agama Kristen yang seharusnya tak boleh memasuki Gereja.
Itu adalah aturan.
Dalam video berdurasi
42 detik direkam oleh reporter Le Parisien.
Presiden Ferancis,
Macron dengan mengacungkan jari terlihat sangat memarahi polisi Israel agar mereka
keluar dari Gereja.
Emmanuel Macron
mengatakan :
Tolong ke luar. Saya tidak suka apa yang
anda lakukan di depan saya. Kalian tahu aturannya. Tidak ada yang harus
memprovokasi siapa pun. Sahutnya.
Youtube : Presiden Francis marah kepada Polisi IDF Israel karena memasuki ruangan Gereja
Bukan Pertama Kali
Insiden serupa
sebenarnya pernah terjadi pula pada tahun 1996.
Kala itu, presiden
Prancis, Jacques Chirac ingin beribadah di gereja di Yerusalem, Israel.
Namun terlibat marah
kepada polisi Israel karena dianggap provokator.
Tentang Yerusalem
Yerusalem adalah kota
tertua di dunia. Terletak di Israel dan Palestina yang dianggap sebagai kota
suci tiga agama. Yaitu Yahudi, Kristen
dan Islam.
Yahudi memiliki tembok
ratapan, Islam memiliki Masjid Al Aqsa dan Kristen memiliki berbagai gereja
suci yang berdiri disana untuk beribadah kepada Tuhan Yesus.
Presiden Ferancis
Emmanuel Macron adalah pemeluk Kristen Katolik.
Konflik berkepanjangan
di Yerusalem telah memicu banyak perhatian dunia. Dimana Israel bertekad kuat untuk
menjadikan 100% wilayah tersebut sebagai kedaulatan one state Zionis Israel. Sehingga
negara Palestina layak untuk disingkirkan.
Pemerintahan Ferancis yang
tergabung dalam negara UNI EROPA dan Gereja Katolik Roma telah menolak
hal tersebut. Uni Eropa bersama Paus Fransiskus mendukung solusi dua negara
melalui cinta kasih, kedamaian & kemurahan hati.
Namun hingga detik ini,
negara-negara Uni Eropa tak berdaya karena dihalangi oleh Super Power Amerika
Serikat yang didominasi Kristen Protestan dan Israel yang didominasi oleh Yahudi.
Posisi Gereja Katolik Indonesia dalam masalah Palestina dan
Israel
Sebagai warga dunia yang tergabung dalam
perserikatan bangsa bangsa semestinya negara negara yang menjadi anggota PBB
itu tunduk pada resolusi resolusi PBB. Nah yang dikatakan yang dilakukan oleh
presiden Trump tidak sesuai dengan resolusi PBB itu.
Ditambahkan :
Kami sebagai warga Katolik. Sikapnya itu
kami tinggal mengikuti pemimpin tertinggi kami, PAUS. PAUS itu ekspresif
mengagumi Palestina dan juga menolak sikap yang dinyatakan oleh presiden Trump.
Baca juga :
Lanjutnya :
Yang harus berbicara mengenai masalah
adalah kedua pihak antara Palestina dan Israel. Seperti apapun namanya harus
mereka yang berbicara. Masalah ini bukan masalah agama seperti ditegaskan. Ini
masalah politik, kemanusian, kebangsaan yang sudah ada sejak 3.000 tahun yang
lalu. Ini bukan masalah baru ini masalah sangat lama. Kalau masalah ini sudah
berjalan sekian lama masa mau diselesaikan dalam waktu 5 menit, 10 menit, 30
menit itu tidak bisa. Pasti membutuhkan waktu yang akan lama. Tapi biarlah
pihak pihak yang bersengketa itu berbicara bersama-sama sementara negara negara
yang lain itu memfasilitasi supaya pembicaraan itu tidak terhenti melainkan
terus berjalan maju. Seperti itu sikap gereja Katolik.
Terima kasih. Semoga
bermanfaat ya. GBU