Masih ingatkah anda
dalam sebuah dokumenter pada acara di era tahun 90.
China telah menegaskan
sejak lama bahwa satu satunya masalah kehidupan pemerintah China yaitu adanya
kekhawatiran penghalang yaitu dominasi rival saingan bisnis perdagangan melawan
militer dan ekonomi Amerika Serikat.
China memang bukan
seperti Amerika Serikat yang telah berdiri sejak lama lebih dari 200 tahun yang
lalu.
Negara Tiongkok
didirikan pada tanggal 1 Oktober 1949.
Sehingga China dianggap
masih baru memulai dalam kancah politik, militer dan ekonomi. Dibandingkan
pesaingnya, Amerika Serikat sudah berpengalaman selama bertahun tahun.
Tentu saja.
Ekonomi dan militer
tak dapat dipisahkan.
Bagaikan dua sisi koin
yang tak mungkin terpisahkan berjalan seiringan.
CHINA MENYONTEK DAN MENIRU KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT [
AMERICAN STRIKE GROUP ]
Bagi China, tak
masalah untuk menyontek, meniru, menduplikasi atau apalagi melakukan cara
cerdas dengan menerapkan copypaste terhadap lawan saingannya.
Nampaknya, hal sama
berlaku juga dalam teknik strategi.
China menyontek konsep
American Strike Group.
Strategi ini yaitu
mengoperasikan dan menyebarkan kapal induk ke seluruh penjuru dunia berserta
gugus tempur termasuk kapal penghancur destroyer, kapal frigates, kapal selam
dan kapal pengawal perdagangan komersial.
Kekuatan kapal induk AS
memiliki kemampuan serangan jarak jauh sebagai proyeksi serangan darat, laut
dan udara untuk memberikan efek jera terhadap negara negara yang melawan atau
menentang kebijakan politik dan perdagangan Amerika Serikat.
Siapa melawan atau
menolak berbisnis perdagangan ekonomi atau menentang politik tak patuh terhadap
keinginan Amerika Serikat. Bakalan di embargo, diberikan sangksi bahkan tak
jarang dilakukan serangan militer melalui proyeksi kapal induk.
Kita semua tahu dari
catatan membaca semua perjalanan historis sejarah di AS.
Bahasa Amerika Serikat
adalah ‘MILITER’.
Jika keinginan AS tak
dipenuhi maka militer merupakan cara akhir tujuan visi mereka.
Kini China meniru
strategi hal yang sama.
‘American Strike Group ala premanisme Amerika Serikat’.
Analisis memperkirakan
pada tahun 2030.
Kapal perang China
melonjak dari 358 menjadi 450 unit.
Kapal selam 74 unit
diperkirakan melonjak menjadi 110 unit.
Pada tahun 2020. China
memiliki 2 kapal induk. Yaitu Liaoning dibeli dari bekas Uni Soviet dan mulai
mengoperasikan 1 unit kapal induk baru bernama Shandong.
China menyadari untuk
meniru strategi American Strike Group diperlukan
kapal induk dalam jumlah besar.
Saat artikel ini
ditulis kepada anda.
China sedang membangun
infrastruktur kapal induk ke 3.
Berbagai analis di
Amerika Serikat memperkirakan pada tahun 2050. China diperkirakan akan memiliki
10 unit kapal induk.
Jika semua rencana
pembangunan kapal induk tercapai. Maka China dapat mengendalikan jalur sutra
BRI (Belt and road initiative) secara lebih leluasa tanpa ada negara lain
berani menentang China.
Kecuali Amerika
Serikat yang merasa hedegomi Super Power dirinya tersaingi oleh China. AS akan
terus menerus berusaha mengagalkan semua rencana China untuk menunjjukkan diri
bahwa AS masih tetap Super Power di bidang ekonomi, militer dan politik.
Pada saat presiden
Donald Trump berkuasa.
China melalui partai
komunis telah paham bahwa rencana aksi implementasi mereka telah menemui titik
hambatan. Dimana Amerika Serikat terus menghalang halangi upaya perluasan dan
kemajuan industri, ekonomi, militer China.
Perjalanan kemajuan
China untuk menjadi ‘raksasa dunia’ bakalan dihambat oleh Amerika Serikat.
Laut China Selatan
hanya segelintir awal dari sebuah percikan bagaimana China ingin mendominasi
dunia global internasional. Selanjutnya yaitu perluasan lautan. Termasuk
samudara pasifik, arktik, bentangan baltik bahkan hingga ke antartika.
Bayangkan jika semua
jalur ini dikuasai oleh militer China.
China paham. Untuk menjadi
negara kuat dibutuhkan militer kuat. Tanpa militer perkasa maka ekonomi takkan
berjalan semana mestinya.
Kemampuan teknologi
militer penting bagi China. Memungkinkan proyeksi kekuatan untuk mengamankan
darat, laut dan pelabuhan di tempat jauh. Seperti penempatan pasukan PLA di Pakistan, Djibouti, Nigeria, Srilanka,
Siprus, Yunani, dll.
Aset ini digunakan
China sebagai pijakan militer di negara lain. Kemudian membangun perdagangan
bersama negara bersangkutan dengan memberikan kredit atau bunga utang untuk
mendirikan infrastruktur yang mendukung transportasi ekonomi. Seperti jalan,
pelabuhan, gudang, jembatan, listrik, dll.
Pada akhirnya, proses
ini menguntungkan China menyebabkan impor produk barang industri perusahaan negeri Tirai
Bambu membanjiri kawasan tersebut.
Sehingga produk lokal UKM dari negara lain kalah bersaing dan terjatuh ke dalam dilema kemiskinan dan sebagian mengalami kebangkrutan.
Sehingga produk lokal UKM dari negara lain kalah bersaing dan terjatuh ke dalam dilema kemiskinan dan sebagian mengalami kebangkrutan.
Baca juga :
Pada waktunya, semua pelabuhan,
jalan, jembatan, listrik, gudang, dll akan dikuasai oleh China ketika negara
tersebut gagal bayar utang atau terjerat kepada utang jebakan yang sebenarnya mustahil
untuk dilunasi kepada China.
Militer merupakan
jawaban akhir jika negara lain melawan atau menentang China.
Jika membaca artikel
ini.
Tentu ada benarnya
sebuah pepatah mengatakan :
Lebih baik Amerika Serikat menjadi Super
Power ketimbang China.
Youtube : Angkatan Laut China
Terima kasih. Semoga
bermanfaat. GBU