Menjadi
seorang petani merupakan cita cita penulis sejak masih kecil. Ketika masih
duduk di bangku sekolah SMP. Ibu guru pernah bertanya kepada saya secara face
to face yang membuat bingung dan tentu saja dibandingkan dengan teman teman
sebaya dimana mereka bercita cita pengen jadi polisi, guru, dokter, tentara, insinyur, dll.
Sontak
ketika itu. Aku berkata : Cita cita menjadi
seorang petani.
Petani
meliputi unsur seperti perternakan, perikanan dan pertanian merupakan sebuah
kebahagian tersendiri bagi jiwaku.
Sejak
masih SD, penulis telah memiliki kebun kecil tempat bercocok tanam, memelihara
ayam dan ikan.
Namun
Afrid Fransisco belum pernah berternak babi.
Pengalaman pertama kali ternak babi selama satu bulan (2020)
Karena
saya seorang pengangguran.
Secara
praktis saya belum memiliki pekerjaan apapun untuk menghasilkan uang.
Pada
bulan November 2020. Saya berpindah ke rumah baru di dekat pinggiran taman
nasional Sabangau. Kira kira sekitar 8 km atau 10 km dari arah kota
Palangkaraya, Kalimantan Tengah menuju lingkar luar ring road perkotaan.
Aku
dan mamah membeli 3 ekor anak babi seharga Rp
2.400.000 juta rupiah atau jika dikalkulasikan per ekor sekitar Rp 800.000 ribu rupiah.
Alangkah
senangnya hatiku memelihara ternak babi untuk pertama kalinya.
Aku
kemudian bergegas memberikan mereka makan, memandikan, membuang kotoran,
mencari apu apu sebagai pakan ternak dan tentu saja menjaganya siang malam.
Seiring
waktu sih terlihat mudah.
Namun
berjalannya waktu, saya mulai kecapean banget.
Karena
setiap hari ukuran babi milik afrid kian bertambah besar saja.
Mencari
pakan tanaman apu apu tak lagi cukup untuk 1 ember kecil, namun bertransformasi
ke ember besar, lalu berimbas ke ember besar.
Tadinya
1 ember besar sudah cukup. Sekarang butuh 2 ember besar. Karena ukuran babi
tambah kian membesar saja.
Tiap
pagi saya bangun untuk memberikan makan, memandikan, membuang kotoran dan
mencari apu apu. Jika orang melihat terlihat mudah, namun ternyata jika
dilakoni terus menerus ini menjadi pekerjaan kompleks. Karena seperti
diutarakan ukuran babi kian membesar.
Makanan
pakan membutuhkan lebih banyak.
Mengumpulkan apu apu membutuhkan tenaga ekstra.
Mencari
apu apu tak lagi mudah. Karena ember menjadi berat dan tangan menjadi cape
karena harus banyak apu apu yang diambil.
Tekanan
bertambah ketika menghitung analisis bisnis perternakan babi imbas bagi
keuntungan begitu kecil.
Ternak
babi untuk 1 kali panen hanya dihargai sebesar Rp 2.500.000 juta rupiah saja di
Palangkaraya.
Sehingga
jika kita ingin sukses berbisnis di perternakan babi. Seorang petani harus
memiliki antara 10 – 25 ekor babi dalam satu waktu.
Wah
pikirku. Itu berat sekali…
Pikiran
terus bercamuk dihatiku. Aku harus bisa dan berambisi besar pula untuk harus
seperti itu. Bagaimana caranya, dimana kandang baru yang lain nanti, tanah
dimana, apa harus kulakukan. Apakah tanah disebelah seharga Rp 80.000.000 juta
harus dibeli. Tapi uang segitu darimana saya ngga punya.
Bagaimana
jika nantinya tanah kosong disebelah dibangun sebuah perumahan.
Maka
usaha ternak babiku akan mati.
Karena
tetangga pasti menolak bau kotoran babi.
Jadi
satu satunya cara tanah itu harus dibeli.
Selain
dibeli juga untuk di tanam singkong, ubi jalar, talas, mentimun, kacang, dll.
Baca juga :
Lahan
rumahku sudah penuh ditanami. Bahkan tempat ayam dan ikanpun aku kebingungan dimana menaruhnya lagi nanti karena sempit telah penuh.
Sadar
diri, bahwa lahan tanah mahal disamping tak dapat saya beli.
Bagaimana
caranya aku memiliki tanah disamping untuk membuat kebun baru dan kolam apu apu
baru seperti miliknya bapak Alson agar aku tak usah lagi jauh jauh pergi kesana
kemari mencari apu apu.
Itu
membuat pikiranku tertekan sekali.
Singkat
cerita, hobi masa kecilku, kesukaanku dan cita citaku pada masa lalu kini
berubah jadi bisnis yang dapat membunuh diriku sendiri karena tekanan harus
mempunyai peliharaan ternak babi dalam jumlah banyak demi mencukupi kebutuhan
hidup.
Pada
akhirnya, saya salut kepada para perternak kelas menengah yang sanggup
memelihara hingga lebih dari 15 ekor babi hanya dikerjakan oleh seorang diri.
Entahlah
terbuat dari bajakah tubuh mereka hingga dapat sekuat itu memelihara babi.
Kembali
ke basic awal. Saya mulai meninggalkan perternakan babi dalam skala pikiran bisnis.
Beralih kembali seperti dulu cita cita masa kecilku hanya untuk berternak kecil
kecilan saja yang dapat membuat diriku bahagia dan senang.
Bukan membunuhku.
Ketimbang
tertekan jiwaku yang akhirnya nanti dapat membunuh diriku sendiri.
Untuk
masalah uang nanti saya ngga tahu gimana. Karena tak mungkin dapat hidup dengan
hanya berternak dalam pekerjaan 3 – 5 ekor babi saja.
Memelihara 3-5 saja. Itu sudah merupakan batas limit kemampuan saya. Lebih dari itu Afrid kecapean.
Aku
harus mulai menerima keterbatasan kelemahan kekuatan diriku dan menghentikan niat ambisi
memperluas skala bisnis babi & tanah yang terlalu berambis dimana aku takkan mungkin mencapainya.
Semoga Tuhan Yesus Kristus membantu.
Terima
kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU