Artikel
ini merupakan kelanjutan versi pertama.
Setelah
saya mencoba untuk mempelajari dan memahaminya.
Kemarahan
memiliki beberapa tingkatan level yaitu I dan II.
Cara menghadapi marah dan emosi (level 2)
Jika
saya sudah berusaha sekuat tenaga untuk mencoba mengikuti panduan di artikel
sebelumnya. Tapi tetap belum berhasil.
Maka
dari peristiwa hal tersebut saya memahami bahwa kemarahan memiliki beberapa
level tingkatan.
Sebelumnya
saya telah dapat membedakan bagaimana wanita dan pria ketika sedang marah.
Semoga
artikel ini bermanfaat bagi anda para pembaca ya.
Nah,
pada umumnya,
Pria
jika sedang marah dengan cara memukul atau
berkelahi.
Ada
perbedaan signifikan antara wanita dan pria.
Wanita
jika marah atau membuat emosi. Bukan dengan berkelahi. Melainkan dengan mulut
dan perkataan kata kata yang memacu kemarahan atau emosi.
Saya
pernah punya pengalaman pahit di masa lalu.
Bagaimana
mulut seorang wanita, walaupun dia sambil tertawa dan lembutnya nada suaranya.
Setiap kata kata yang keluar dari mulutnya dipenuhi oleh unsur kebencian dan
bahkan dapat mengadu domba antara saya dan sahabat.
Akhirnya
kebencian dan kemarahan yang ada pada diri wanita itu menular kepada saya
melalui setiap kata kata gosib jelek yang ia sampaikan kepadaku.
Ketika
kebencian dan kemarahan tumbuh di hati saya, maka saya pun menjadi marah dan
memarahi sahabat saya yang sebenarnya tak ada niat sama sekali dalam hatiku untuk
marah kepada sahabatku.
Sejak
lama, saya sudah memahami bahwa sikap marah bisa menular. Jika kita lengah dan
bersikap lemah tanpa menganalisis informasi kebenaran gossip terlebih dahulu.
Sejak
saat itulah, saya sudah tak pernah percaya dengan setiap ‘kata kata’.
Oleh
sebab itulah. Kita sendirilah yang harus memahami dan mengelolanya.
Kadang
kadang menurut saya. Wanita tak perlu harus dewasa untuk melakukan tindakan
kayak gitu.
Wanita
berumur bocah 4 tahun saja. Bahkan sudah dapat mengadu domba dan menyilet
seseorang dengan kata kata menyakitkan.
Sifat seseorang bahkan sudah dapat
diketahui sejak dia berumur 4 tahun. Jika umur 4 tahun saja sudah terbentuk begitu.
Maka hingga umur 100 tahun pun tetap akan sama sifatnya. Jangan percaya dengan
tobat. Karena sesungguhnya orang takkan pernah dapat bertobat, jika di umur 4
tahun saja sudah kayak gitu maka watak atau sifatnya sampai usia tua lanjut juga
tetap begitu. Karena penulis sendiri juga sulit untuk bertobat.
Menghadapi marah level II [ Tingkatan seseorang yang ingin
menyerang kita dengan menyulut emosi dan kemarahan secara langsung dan frontal
terus menerus ]
Sudah
berusaha meredam amarah sekuat tenaga. Tapi akhirnya marah juga. Itu tandanya
kita mengalami level marah tingkat II. Sudah berusaha dengan strategi diam dan
sabar sama sekali. Tapi akhirnya marah juga. Atau sudah berusaha mengikuti
panduan di artikel link pertama diatas. Tapi akhirnya marah juga.
Kesabaran
kita memang sungguh diuji ke level II.
Saya
secara pribadi sih ngga masalah kalau orang pengen berbuat ini itu. Terserah
mereka pengen berbuat apa. Saya sih cuek dan diam saja. Selama ini teknik artikel pertama
dapat berhasil dengan sukses dan marah dapat direm.
Namun,
jika kita tetap diam, tapi ada orang yang terus menyulut emosi, secara frontal
terus menerus menyerang balik dengan perkataan lisan maupun tulisan.
Bahkan
mengganggap semua perbuatan dan pekerjaan kita selalu salah dan menyerang
dengan merendahkan martabat kepribadian kita. Apa apa yang kita lakukan selalu
salah. Hanya dia yang benar dan hanya dia yang punya martabat tinggi diatas kita.
Terus menerus menjelek jelekkan setiap perbuatan kita, memaki maki, dan terus mengolok ngolok kita.
Itu
sungguh membuat saya marah ke level II.
Jadi
bagaimana cara mengatasi marah level II. Bahkan saat kita diam tetap saja
diemosiin. Wajarlah karena saya sebagai manusia biasa pasti balik menyerang
dengan memarahinya juga. Akhirnya kitapun ikut jadi marah.
Jadi
satu satunya cara mengatasi level marah tingkat II adalah dengan berdoa saja
kepada Tuhan Yesus Kristus.
Itu
adalah paling efektif.
Saya
sudah mencoba belajar. Bahwa marah itu tak penting dan berurusan dengan orang
si penyerang itu juga ngga penting. Karena tak perlu dibahas.
Sungguh buang buang waktu saja.
Lebih
baik saya memasak makanan untuk hewan ternakku, merawat tanaman dan memberi
makan ayam peliharaanku ketimbang beragumentasi dengan orang kayak gitu. Karena
mereka sama sekali tak pernah dapat memahami dan mengerti. Di jelaskan panjang
lebar sekalipun mereka takkan pernah mengerti. Yang ada kita selalu dianggap
salah.
Tetap
gunakan cara I. Tetap diam dan tetap sabar.
Biarkan saja martabat diri kita direndahkan, biarkan saja perbuatan kita dijelek jelekkan, biarkan saja sikap kita diremehkan, biarkan saja kita dianggap selalu salah, biarkan saja kita selalu dimarahi.
Kebencian
tak perlu dipendam juga kepada orang itu dihati. Tak ada gunanya. Percuma saja.
Bagaimana
jika orang itu terus menerus merendahkan martabat kepribadian kita dan terus menerus
menyulut emosi dan terus saja menganggap kita salah selama bertahun tahun.
Jadi
cara mengatasi marah level II. Yaitu terus diam, terus sabar, terus cuek & terus berdoa.
Baca juga :
Jangan
membalas kemarahan dengan kemarahan.
Jangan
membalas emosi dengan emosi.
Jika
memang tak tahan. Pergilah ke kamar dan menangislah.
Mintalah
pertolongan kepada Tuhan Yesus Kristus
untuk memberikan kita hati yang lebih kuat dalam menghadapi ujian kesabaran.
Berdoalah.
Tuhan Yesus Kristus bantulah Afrid.
Terima
kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU