Bukan Israel dan Amerika Serikat. Turki cepat atau lambat dapat berperang dengan Iran karena masalah pembangunan hulu ledak bom nuklir (2021)
Mari
kita tarik mundur ke belakang. Dalam sejarah 73 tahun kemerdekaan Israel.
Bangsa
Yahudi belum pernah berperang sama sekali melawan syiah Iran. Dimana orang
orang Iran berserta proxy seperti Hizzbullah,
Houthi, FMZ Irak ( popular mobilization forces PMF Irak ) dan Suriah yang dipimpin oleh presiden Bashar al Assad. Mereka mayoritas
berasal dari kalangan kepercayaan Islam Syiah.
Kecuali
menghadapi Hizzbullah dan Suriah yang berada tepat diperbatasan Israel.
Hampir
setiap bulan, Israel menyerang Suriah secara rutin menggunakan angkatan udara
IAF.
Pada
tahun 2021. Israel Air Force (IAF) telah menembak, menghancurkan dan
menjatuhkan banyak pesawat tempur dan helikopter milik Suriah sejak 73 tahun
berlalu.
Walaupun,
setiap kali melakukan aksi penyerangan menembus ke negara Suriah.
Pemerintah
Israel tak pernah mau mengomentari ke publik internasional dengan alasan ‘no
comment’.
Bukan Israel dan Amerika Serikat. Turki cepat atau lambat
dapat berperang dengan Iran karena masalah bom nuklir (2021)
Sejak
revolusi memusuhi Israel.
Iran
telah membangun infrastruktur sebagai pengembangan bom hulu ledak nuklir
dimulai pertama kali pada tahun 1979.
Sebagai
informasi kepada anda.
Bom
nuklir buatan Iran bukan ditujukan untuk ditembakkan ke kota Israel saja.
Melainkan
kepada semua musuh musuh umat Islam Sunni. Termasuk Arab Saudi, UEA, Niger, Yordania, Sudan, Maroko, Turki,
Oman, Mesir, dll.
Arab
Saudi dapat menjadi target awal jika program nuklir Iran telah selesai. Orang
orang syiah Iran memiliki ambisi mengambil alih Mekkah dan Madinah.
Menggantikan dari Islam Sunni ke Islam Syiah.
Seperti
yang kita ketahui. Syiah dan Sunni memang tak pernah damai sejak tahun 500
hingga abad modern ini.
Di
Israel, mantan perdana menteri Ariel Sharon memilih direktur Mossad Meir Dagan. Demi menggagalkan segala
upaya Iran membangun infrastruktur bom nuklir.
Selama
4 dekade. Segenap cara dilakukan pemerintah Israel. Mulai dari membunuh ilmuwan
ahli sipil nuklir Iran, meledakkan infrastruktur secara tak wajar, meledakkan
laboratorium secara sembunyi sembunyi, membom gudang peralatan nuklir melalui
agen intelijen, mencuri data kemudian menghapus blueprint teknik nuklir, bahkan
hingga menginfeksikan komputer melalui virus perangkat lunak stuxnet.
Namun
sampai kapankah hal ini dapat bertahan.
Ketika
pemerintah Iran terus memperketat pertahanan, memberikan pengawalan ketat bagi
ilmuwan nuklir miliknya dan turut berupaya melindungi program nuklir dari
sabotase.
Artinya,
Israel harus membutuhkan kekuatan militer skala besar dalam menghadapi
pengembangan senjata nuklir Iran. Ketika sabotase, pembunuhan ilmuwan, dll
sudah tak lagi efektif seperti dulu kala.
Bagi
Israel. Penyelesaian pembangunan bom nuklir Iran adalah ‘malapetaka’.
Senjata nuklir menjadikan
Iran memiliki daya tawar mematikan.
Kenyataan
dilapangan. Tak hanya Israel. Namun Arab Saudi dan negara mayoritas Sunni di
Timur Tengah turut prihatin terhadap pengembangan pembangunan hulu ledak nuklir
milik Iran.
Itulah
salah satu alasan. Mengapa negara negara Islam Sunni mulai memilih berdamai
dengan Israel melalui perjanjian ‘Abraham Accords’.
UEA,
Oman, Bahrain dan Arab Saudi. Sadar diri tak mampu menandingi keperkasaan orang
orang Syiah Iran dalam hal berperang dan bertempur. Lihat saja, bagaimana
kerepotan militer Arab Saudi berperang melawan Houthi. Apalagi jika melawan
Iran. Arab Saudi dan negara sekitarnya dapat dipastikan keok.
Walaupun
persenjataan Arab Saudi dipasok oleh perusahaan swasta Amerika Serikat. Skill
SDM (sumber daya manusia) tetap menjadi hal utama penentu kemenangan.
Masalahnya, skill SDM tentara Iran jauh lebih unggul dan pemberani.
Perdamaian
negara Arab dengan Israel menciptakan gerbang udara bagi IAF.
Orang
orang Islam Sunni. Tahu bahwa Israel memusuhi Iran, begitupun Iran memusuhi
Israel.
Dengan
memilih berdamai bersama Israel. Negara mayoritas Arab Sunni selain
meningkatkan perdagangan, ekonomi dan teknologi. Itu menjadi jalan utama bagi
pesawat tempur Israel melintasi wilayah udara Arab Saudi demi menembus dan
menghantam reactor Iran dan fasilitas militer pendukung lainnya.
Pesawat
tempur F-35 Adir dan F-15 Thunder. Merupakan modifikasi Israel yang mampu
menjangkau jarak jauh ribuan kilomenter. Namun untuk mencapai Iran. Angkatan
udara IAF harus menggunakan pesawat tanker pengisian bahan bakar ulang dan
harus melewati jalur udara wilayah Arab.
Abraham
Accords telah menyelesaikan semua permasalah ruang udara tersebut.
Kini
pertanyaan selanjutnya yaitu adakan orang orang Arab Sunni memliki tameng.
(Baca
: perisai nuklir).
Israel
memiliki 48 unit peluncur rudal balistik Jericho, rudal perisai nuklir Arrow
dan 90 unit bom nuklir.
Jika
Iran menembakkan 1 unit bom nuklir ke kota Tel Aviv. Maka pemerintah Israel
dipastikan membalas dengan menembakkan 10 unit pukulan bom nuklir. Orang orang
Yahudi tak mengenal kata maaf, telinga ganti telinga, mata ganti mata, darah
bayar darah.
Lalu,
bagaimanakah situasi Arab Saudi, Turki, Mesir, Oman, Uni Emirat Arab, dll dalam
menghadapi perlombaan nuklir melawan Iran.
Cara
strategi yang ditempuh oleh negara kawasan Arab mayoritas Sunni dengan
memanfaatkan Israel sebagai pencegah terhadap ancaman nuklir Iran. Bukanlah ide
bagus dan kurang mendapatkan respon layak bagi Turki dimana orang orang Turki
menganggap bangsa Arab kini sebagai cap label penghianat dengan melegalkan
langkah ambiguitas dan mengorbankan Palestina demi memihak berdamai bersama Israel.
Lalu
bagaimana dengan Amerika Serikat.
Amerika
Serikat jauh dari pusat negaranya. Walaupun Iran menjadi ancaman. Sekali lagi
itu jauh ribuan kilometer.
Untuk
menembus AS. Iran harus berlayar ke laut biru berhadapan dengan perisai
pertahanan udara Standar Missile dan benteng laut berupa kapal induk milik US
ARMY yang sulit ditembus. Jadi, AS bukan faktor mendesak. Ngomong ngomong, Amerika Serikat sejak lama telah mengepung Iran dengan mendirikan pangkalan base militer di padang pasir.
Pemerintah AS melalui pemerintahan presiden Joe Biden, kemungkinan tarik ulur dengan Iran. Karena tak ingin merugikan rakyat Amerika Serikat yang telah mengalami kemunduran di bidang ekonomi, masalah anggaran keuangan militer, masalah kesenjangan publik sosial secara internal, tekanan kesehatan akibat virus Covid-19. Disisi lain, militer Amerika Serikat sudah terlalu sibuk berurusan di banyak bidang. Terutama melawan pengaruh China dan Rusia yang menjadi musuh terberat sehingga memaksa Amerika Serikat terlalu menguras banyak sumber daya hingga posisi dominan Super Power miliknya terkikis beberapa persen.
Jadi, pada
kasus ini.
Negara Arab mayoritas Sunni terpecah menjadi 2 kubu politik dan
geopolitik dalam keadaan mendesak. Jika dijabarkan kekuatan utama terbagi
antara Arab Saudi dan Turki dalam menghadapi Iran.
Pengaruh
senjata bom nuklir memegang peranan penting dalam pengubah dominasi kekuasaan.
Turki
tak memiliki tameng dalam menghadapi serangan nuklir. Berserta pembalasannya.
Namun
pada intinya mereka (Turki) ketakutan terhadap program nuklir umat Syiah tersebut.
Dalam keadaan terdesak, sisa waktu kurang dari 10 tahun sebelum bom nuklir
tercipta adalah pertanyaan yang harus ditanyakan kepada militer Turki.
Mengandalkan
Arab Saudi dan negara negara Sunni lainnya untuk berperang melawan Iran
merupakan suatu hal yang sia sia. Karena sulit menghadapi militer Iran dengan kekuatan sumber daya dan SDM kuat. Apalagi bangsa persia tersebut berdekatan secara geografi dengan Rusia yang dapat memasok apa yang mereka inginkan melalui laut Kaspia tanpa rintangan, tanpa embargo dan tanpa sangsi sama sekali tak berlaku disini.
Selain Israel, lawan
imbang bagi Iran disekitar kawasan Timur Tengah adalah Turki.
Turki
memiliki kekuatan militer tangguh dan kredibel sejak era Kekhalifan Ottoman telah
dikenal ahli membangun teknologi senjata.
Orang
orang Turki pandai membangun industri persenjataan untuk berperang.
Mengapa
Turki harus berperang dengan Iran sesegera mungkin.
Jawaban
tersebut harus ditujukan kepada pemerintah dan rakyat Turki yang saat ini mulai
terdesak.
Hitung
mundur waktu tersisa hanya 10 tahun. Mulai saat ini…
Keputusan
berperang ataukah hancur total melihat orang orang Sunni digantikan Syiah atau maukah melihat pemandangan Makkah dan Madinah dikuasai oleh syiah.
Baca juga :
Terima
kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU