Kebijakan pemerintah baru hendak naikkan pajak tax rasio 23% dari GDP dapat membahayakan kurs rupiah makin anjlok ke Rp 20.000 dan melemahkan IHSG karena investor saham panik jika semakin banyak perpajakan ( 2024 )
Dikabarkan sentimen dari berbagai sumber tersebut bikin cemas investor, bahwa pemerintahan baru Indonesia juga hendak meningkatkan pajak dari GDP hingga mencapai hingga 23% di tahun 2025. Demi dengan maksud tujuan memaksimalkan pendapatan APBN.
Ingatlah bahwa angka 10% saja, sudah begitu memberatkan. Sekarang kok mau di tambah lagi dengan menargetkan 23%.
Investor yang jeli tentu mengindikasikan ini sebagai 'signal bahaya'.
Akibatnya investor mulai membuang rupiah ( rupiahnisasi ) lalu berpindah ke instrument seperti gold yang katanya safe investment. Karena mereka menganggap bahwa emas untuk penahan sesuatu yang tidak pasti dan tentu saja ada pihak investor yang memilih dolar karena dianggap aman. Sedangkan yang lainnya memilih judol alias ikut judi online untuk menyambung sisa sisa kehidupan yang tersisa dari mantap ( makan tabungan ).
Namun, ada juga investor yang berpikir bahwa jika pajak naik hingga mencapai 23%, artinya bahwa banyak sendi sendi kehidupan bakalan dikenai pajak.
Pajak naik itu sama artinya dengan seseorang harus bekerja keras tambah extra mencari pendapatan alternatif dengan mencari aneka macam pekerjaan sampingan tambahan yang melelahkan, bikin sakit pinggang dan menguras waktu.
Untuk kategori pelaku industri swasta di dalam negeri.
Pajak tinggi yang dengan sengaja dikenai oleh pemerintah dapat menyebabkan produk dalam negeri tidak laku di pasar internasional atau sulit terjual karena menjadi harga tidak kompetitif. Dibandingkan negara lain yang memberikan tarif pajak rendah kepada perusahaan industrinya.
Sebagai contoh misalkan, 2 negara menjual produk yang sama :
Perusahaan industri negara Indonesia di kenai pajak dalam negeri sebesar 40%.
Bandingkan jika
Perusahaan industri negara Chindo hanya di kenai pajak dalam negeri sebesar 10%.
Menurut anda. Secara hitungan ilmu matematika sederhana saja tentu itu menghasilkan angka minus.
Apabila industri lokal dalam negeri dicercal dengan sejumlah pajak tinggi mengakibatkan ekspor menurun, karena produknya mahal & menjadi tidak kompetitif dengan negara lainnya di pasar internasional. Padahal industri juga perlu untuk menghasilkan profitabilitas yang layak guna mendukung ekspansi ke depannya. Seperti membayar gaji karyawan, membeli alat baru, mesin baru, bahan baku pasokan, dll sebagainya. Pada akhirnya dikenal sebagai deindustrialisasi dan PHK massal. Mengakibatkan pertumbuhan ekonomi menjadi seret yang juga berimbas ke SME terganggu.
Faktor lainnya yaitu pajak progresif yang besar hingga mencapai 40% dan kelak mau dinaikkan lagi. Ini juga menyebabkan orang orang kaya menjadi cemas.
Efeknya semakin berantai karena orang kaya merasakan dirinya sebagai target pajak berikutnya oleh pemerintahan untuk membayar pajak tambahan proaktif n kreatif yang disebut 'pajak kebahagian' untuk pejabat dan demi mensubsidi aktivitas, kegiatan dan cawe cawe kumpulan ribuan pejabat kleptokrasi dari 24 partai politik yang sedang sibuk membahas tentang tahta kursi jabatan kabinet berikutnya di tahun 2025.
Semakin sering pejabat membahas kursi kabinet, semakin tertekan orang kaya harus membayar pajak makin tinggi guna bayar biaya rapat ZOOM pejabat itu.
Emang boleh
Selain itu, ide proposal kebijakan makan mie instan gratis untuk anak sekolah. Menurut saya tidak baik untuk keberlanjutan Indonesia, karena sungguh dapat merusak tatanan APBN akibat ketidakefektifannya dan rawan menjadi ladang korupsi untuk para pejabat kleptokrasi untuk mendanai makanan dan impor susu, impor gula, impor beras, impor daging sapi dan impor lain lainnya.
Emang boleh bakso gratis.
Di jogetin aja.
Terima kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU.