Cadangan stok mineral Uranium tersisa 90 tahun lagi ( habis tahun 2.114 ) pohon kelapa sawit dapat menjadi solusi energi listrik berkelanjutan ( 2024 )
Apabila eksplorasi dan penjelajahan geologi untuk mencari, menyisir dan menemukan lokasi tambang Uranium tidak ditemukan lagi pada tempat lokasi wilayah pertambangan baru di bumi.
Maka menurut prediksi lembaga asosiasi nuklir dunia ( World-nuclear.org ).
Maka sumber daya cadangan uranium bakal habis pada tahun 2.114 atau sekitar 90 tahun lagi.
Uranium adalah bahan mineral yang tidak dapat diperbaharui. Pada umumnya mayoritas digunakan untuk menggerakkan reaktor nuklir demi menyalakan penggerak mesin uap air dalam menghasilkan listrik di PLTN ( perusahaan listrik tenaga nuklir ).
Sebagian kecil kebutuhan terhadap mineral uranium juga digunakan untuk keperluaan medis kesehatan sebagai alat scanning organ dalam tubuh manusia atau alat bantu tindakan operasi medis bagi kalangan dokter, sebagai pusat penelitian penemuaan rekayasa bibit tanaman unggul, untuk pembuatan senjata bom nuklir, sebagai pembangkit listrik tenaga nuklir CVN kapal induk dan pembangkit listrik kapal selam bermesin reaktor nuklir.
Para ahli geologi menemukan lokasi keberadaan uranium tidaklah sulit ketimbang mencari jenis mineral lainnya. Mengingat Uranium dapat dipindai menggunakan alat khusus pendeteksi radiasi. Entah itu di lahan terbuka maupun di dalam tanah.
Tetapi jumlah uranium tidaklah sebanyak jumlah pasokan batu bara yang melimpah di bumi. Jumlah uranium hanya ada sedikit saja di bumi. Kira kira sekitar 6.000.000 juta ton.
Apabila digunakan menggunakan metode kecepatan daya pembangkit listrik yang ada saat ini secara konstan dari tahun ke tahun. Artinya tidak ada tambahan negara lain lagi yang mendirikan pembangkit PLTN. Maka 90 tahun lagi cadangan uranium sebanyak 6 juta ton tersebut, bakal habis.
Itu sudah termasuk dengan teknik penggunaan pengolahan daya ulang bekas pakai RepU ( Uranium yang diproses ulang ). Mengingat ini dapat di daur ulang, namun terbatas hanya 2x pakai saja, setelah itu, Uranium tidak dapat lagi menghasilkan listrik tenaga penuh seperti sedia kala, namun masih menyimpan zat radioaktif berbahaya yang masih aktif hingga lebih dari 3.000 ribu tahun yang dimana bekas sisa akhir harus disimpan di dalam terowongan goa jauh dari permukiman penduduk agar tidak tersentuh oleh manusia yang dapat menyebabkan penyakit kanker.
Beberapa jenis mineral radioaktif pengganti adalah Torium. Ini cadangan 4x lipat lebih banyak dari Uranium.
Namun beberapa peneliti menyatakan skeptis terhadap Torium sebagai pembangkit listrik pengganti Uranium di masa depan, mengingat dari segi perspektif hitungan harga ekonominya tidak layak dan tidak berkelanjutan, Torium tidak cocok karena metode teknologi pengolahannya jauh begitu rumit, ekstraksi throium begitu mahal, reaktor berbasis thorium tidak seefisien reaktor nuklir uranium dan itu memerlukan netron berenergi tinggi untuk membelah inti atomnya yang tidak mudah dipecah.
Penggunaan panel photovoltaic cahaya sinar matahari, justru lebih murah penggunaannya apabila dibandingkan Torium yang mahal, memboroskan anggaran keuangan dan tidak efesien.
Menyelesaikan masalah kelangkaan Uranium dengan menggantikannya dengan bahan Thorium, seperti pembahasan diatas. Bukanlah solusi jitu untuk menyediakan utilitas listrik bagi keperluaan umat manusia di tahun 2.115.
Hal ini menyebabkan banyak pertanyaan tentang kebijakan pemerintah dari berbagai negara dalam mengoptimalkan kebutuhan energi untuk masa depan.
Opsi lain yaitu menyarankan agar abang Elon Musk pergi pakai roket SpaceX ke planet Mars buat nambang Uranium disana.
Siapa tahu ketemu stok Uranium dan ketemu Alien cantik disana.
Atau menjadikan pohon kelapa sawit sebagai salah satu solusi mengatasi krisis energi listrik dengan cara yang berkelanjutan terus menerus.
Hidup kelapa sawit.
Hidup kelapa sawit.
Hidup kelapa sawit.
Terima kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU.