Saya kembali menulis tentang diary hasil bulan Juni 2024
Tulisan ini saya tulis sebagai pedoman bagi saya untuk mencari kelemahan dan kelebihan setiap strategi untuk menjadi lebih baik lagi.
Siapa tahu bermanfaat bagi pembaca ya.
MENATA ULANG BISNIS PETERNAKAN AYAM KAMPUNG AGAR TIDAK TERLENA SKEMA PERSAINGAN KETAT
Apa yang saya harapkan untuk menjadikan peternakan ayam kampung sebagai bisnis utama penghasilan, kini sudah pupus total. Sebagai gantinya saya mengganti menjadi 'usaha pendapatan sampingan' sambil memikirkan cara, teknik & strategi the next berikutnya.
Ada beberapa alasan mengapa saya menyatakan hal ini setelah mempelajari konsep bisnis peternakan ayam kampung untuk kategori tahun 2024.
Yaitu itu membutuhkan kuota jumlah minimal mulai dari 500 ekor sampai 2.000 ekor dan setidaknya memiliki 1 - 2 karyawan untuk menghandle hal tersebut. Sebenarnya sih bisa saja tanpa memiliki karyawan. Tetapi dapat berakibat seseorang menjadi mabuk, mencret, diare, stroke, hipertensi dan kelelahan akut harus mengurus jumlah ayam kampung sebanyak itu.
Ngomong ngomong, peternakan ayam kampung skala menengah yang menggunakan jasa karyawan. Sulit untuk eksis dan tidak berkelanjutan.
Lalu lahan tanah yang dibutuhkan untuk beternak ayam kampung skala bisnis sekitar minimal luasannya setengah hektar. Sedangkan lahan di belakang rumah saya berukuran 22 meter x 21 meter dan hanya sanggup menampung sekitar 150 ekor ayam kampung.
Jadi rencana kedepan saya untuk peternakan ayam kampung yaitu setidaknya dapat menetaskan hingga 25 ekor - 50 ekor ayam kampung atau menjual ayam sebanyak itu per bulannya mulai dari sekitar 1 ekor - 50 ekor guna mengganti biaya pakan, multivitamin ayam, vaksin ayam, obat ayam, dll sebagainya.
Sisanya ayam kampung dikonsumsi oleh keluarga sendiri.
Sehingga itu juga mengurangi jumlah pembelian kebutuhan protein daging ayam di pasar.
Persaingan perdagangan & perternakan ayam kampung di kota Palangkaraya cukup sengit, dengan biaya penjualan ke pengepul sebesar Rp 40.000 ribu rupiah per 1 kg daging ayam kampung. Maka secara praktis, keuntungan saya begitu kecil sehingga tidak dapat menjadi penghasilan utama. Malahan justru paling banyak saya hanya mensubsidi para bos bos pengepul ayam saja, karena untung mereka jauh lebih besar.
Saya cape cape kerja memelihara ayam dari pagi sampai sore. Keuntungan terbesarnya malah dinikmati oleh pengepul dan orang lain.
Jadi saya tidak ingin terlibat dengan persaingan bodoh semacam itu.
Sehingga saya harus mengalihkan daya menjadi pendapatan sampingan, bukan menjadi pendapatan utama. Justru semakin banyak ayam saya yang terjual ke mereka, itu artinya semakin banyak saya mengalami kerugian waktu & uang. Tapi sekali lagi, yang menikmati kekayaannya malah pengepul dan orang lain.
Mengurus 10 ekor ayam tidak sama dengan mengurus 100 ekor ayam kampung.
Mengurus 150 ekor ayam tidak sama dengan mengurus 500 ekor ayam kampung.
Semakin banyak jumlah ayam yang dipelihara, maka tingkatan tekanan stress penanganan dan pemeliharaan berlipat ganda. Dan semakin banyak jumlah ayam maka modal diperlukan semakin besar.
Kedepannya saya berpikir dan mencari tahu strategi terbaru mengatasi hal ini.
Tetapi pembaharuan kali ini yaitu mengubahnya menjadi peternakan ala urban farming skala pendapatan sampingan. Pada intinya, saya tidak ingin terjerumus ke persaingan keras di bisnis peternakan ayam yang aku pikir itu perbuatan keliru selama ini yang terpikirkan.
Aku hanya ingin menjadi seorang peternakan ayam kampung yang menyenangkan, penuh dengan ketenangan, tidak was was terhadap kenaikan turun naik harga dipengepul yang hanya merugikan saya dan tidak terpaut harus memenuhi order kuota bulanan.
Pada intinya, saya ingin tenang dan damai beternak ayam kampung.
Tanpa harus mengingat ngingat wajah para pengepul itu.
MEMBELI 2 ANAK AYAM BANGKOK SHAMO, TELUR FERTIL AYAM KUB2 DAN TEMPAT MAKAN UNTUK PAKAN ANAK AYAM DOC
Karena jumlah ayam saya tinggal sedikit akibat banyak meninggal dunia oleh virus flu burung H5N1.
Untuk memulai kembali peternakan ayam kampung, maka saya membeli 2 anak ayam bangkok Shamo dengan seorang peternak di grup Facebook.
Beliau adalah orang jujur yang mau menawari saya dengan harga Rp 35.000 per ekor.
Sempat juga nyari nyari anak ayam bangkok di tempat lain di kota Palangkaraya. Tapi harga yang mereka tawarkan kebanyakan menipu.
Masa anak ayam bangkok yang masih kecil banget, mereka jual ke saya dengan harga Rp 60.000 per ekor. Padahal harga ayam bangkok ukuran besar saja di jual oleh pengepul seharga Rp 85.000 ribu rupiah. Kenapa ngga sekalian aja mereka jual seharga Rp 20.000.000 juta per ekor. Agar penipuan harganya terlihat keren.
Bersama adikku, saya memutuskan membeli 2 ekor ayam bangkok Shamo dengan penjual peternak ayam yang jujur yang tidak menipu saya dengan harga mahal.
Oh ya, saya juga membeli 13 telur fertil ayam KUB2 galur murni dar toko Shopee Wijaya.cs
Responnya cepat, dibandingkan dengan tempat aku beli telur fertil yang dulu. Cuma butuh waktu 3-4 hari pengiriman langsung sampai ke rumah. Akhirnya sebanyak 10 ekor menetas, 1 telur pecah diperjalanan dan 1 anak ayam KUB2 meninggal karena penyakit berak darah.
Untuk mesin tetas yang mengalami problem karena alat diotak atik oleh keponakan.
Saya sudah menemukan setelan yang pas, yaitu antara 37 derajat celsius - 38 derajat celsius.
Waktu itu, keponakan si kecil dari anak paman saya. Merubah suhu mesin tetas menjadi 34 derajat celsius. Kemudian saya jadi bingung, lalu menyetel ke angka 40 derajat celcius. Ternyata salah. Yang benar adalah 37 derajat celsius - 38 derajat celsius.
Akhirnya mesin tetas kembali normal. 12 telur KUB2 yang saya masukkan ke mesin tetas. 10 telur menetas dengan sempurna, 1 gagal karena tidak fertil, 1 mati di tengah perjalanan hidupnya. Lalu dari 10 yang menetas. 1 mati lagi kena penyakit berak darah akibat mahkluk kecil yang buas tak kasat mata.
Oh ya, demi memudahkan pemberiaan pakan untuk anak ayam, saya juga membeli tempat pakan baru agar tidak tumpah.
Rencana kedepannya demi mencegah inbreeding dan serangan virus H5N1. Saya berkesimpulan rutin untuk membeli telur tetas fertil dari toko Wijaya setiap 7 - 9 bulan. Guna memperbaharui materi genetik di kandang ayam. Karena jika ayam kawin sedarah, maka telur sering gagal menetas atau jikapun berhasil menetas menghasilkan aneka macam kecacatan bahkan menjadi ayam menjadi idiot.
Sedangkan pembeliaan ayam bangkok di pasar di tempat pengepul. Saya tidak mau lagi, karena saya trauma virus H5N1 banyak berasal dari sana yang menyebabkan kandang saya habis dibantai oleh virus ganas ini.
MENUJU DESA SEI PASAI, JUAL TANAH DARI HARGA AWAL RP 40.000.000 JUTA MENJADI RP 70.000.000 JUTA RUPIAH
Aku, mamah dan papah bergegas menuju ke desa Sei Pasah.
Sekitar 105 km dari arah kota Palangkaraya. Awalnya aku kira pengen ngapain kesana. Eh, ternyata papah jual tanah. Aku sih ngga setuju dengan rencana tersebut. Tapi karena jualnya ke sesama keluarga juga dan lagian jarak tempat tinggal ke tanah itu lumayan jauh. Maka diputuskan di jual saja ke keluarga lain yang memang tinggal di desa Sei Pasah, agar mereka yang mengurus tanah tersebut.
Pada tahun 2005. Papah aku beli tanah ini seharga Rp 40.000.000 juta di jual deal pada tahun 2024 seharga Rp 70.000.000 juta rupiah.
Kalau aku pikir pikir, jika di tahun 2005 uang sebesar Rp 40.000.000 juta jika di investasikan ke S&P500 di tahun 2005 ke 2024 maka itu menghasilkan pelipatgandaan hingga sebesar 3.000%. Artinya uang investasi Rp 40.000.000 telah menjadi sebesar Rp 1.240.000.000 miliar lebih. ( belum dihitung jika deviden di roll compound berulang ulang )
Tapi ya, apa boleh buat. Dahulu kala untuk berinvestasi saham memang sulit.
Lagian orang orang di kota Palangkaraya pada zaman 2005, investasi yang diketahui cuma properti, tanah dan emas. Sekarang di tahun 2024 sudah beda zaman.
Oh ya, jika ada uang sebesar dan apabila Rp 40.000.000 juta dibeliin investasi Bitcoin ketimbang investasi tanah.
Maka uang Rp 40 juta rupiah sudah jadi banyak banget ya melebihi $&P500. Wkwkwkwk...,
Pada intinya, investasi tanah itu menurut saya merugikan jika pakai skema invest ala jual beli dengan mengambil keuntungan capital gain. Karena kenaikan persentasenya kecil banget per tahun, belum lagi dihadang oleh inflasi dan penurunan mata uang rupiah.
Tapi setidaknya Rp 70.000.000 cukup disyukuri oleh keluarga kami.
Walaupun harus menunggu hingga 19 tahun lamanya.
Andaikan uang Rp 40.000.000 di investasikan ke Bitcoin dan ditunggu hold hingga 19 tahun.
MEMBELI VAKSIN FLU BURUNG H5N1 DAN VAKSIN GUMBORO
Penyakit flu burung adalah wabah mengerikan dan begitu ganas yang pernah menyerang kandang di peternakan saya. Sehingga membuat saya menjadi sedih banget.
Nah, untuk mengantisipasi agar penyakit flu burung tidak terulang lagi. Maka saya membeli vaksin medivac AI H5N1 dan juga membeli vaksin Gumboro untuk mencegah penyakit Gumboro A pada anak ayam doc.
Kebetulan baru baru ini, saya menemukan ada produk baru dari perusahaan medivac yaitu gabungan dari AI H5N1 dan Tetelo. Artinya sekali suntik, 2 penyakit diberantas.
Di kandang saya, penyakit Tetelo atau bahasa Inggrisnya ND newcastle disease juga pernah menyerang kandang aku, tapi tidak seganas dan tidak separah keganasan dari genosida H5N1. Namun tetap saja ND adalah penyakit mematikan yang bikin kepala ayam berputar putar.
Kedepannya saya pengen mengganti merk produk ke ND + H5N1 tersebut.
Lagian, di rumah masih ada sisa vaksin, jadi ditunggu sampai habis dulu.
Oh ya, untuk penyuntikan vaksin. Dosis vaksin H5N1 yang disarankan perusahaan yaitu suntik 2x yaitu 0,2 ml dan 0,5 ml. Namun untuk kasus saya, cuma pakai 1x suntik dengan dosis 1 ml saja.
MEMBUAT KANDANG BETELUR UNTUK AYAM KAMPUNG BERSAMA BAPAK AYU
Ini merupakan ide mamahku untuk membuat kandang bertelur ayam kampung.
Bersama papah ayu dan aku sendiri. Akhirnya kami membuat kandang dengan model seperti ini dari ban bekas yang dibeli di Tangkiling.
Berikut tampilan dalamnya :
Maksud hati, tujuan penggunaan ban sebagai tempat ayam bertelur.
Namun berdasarkan pengalaman saya selama 4 tahun belakang ini. Menurutku bakalan sulit menyuruh ayam mau mengherem tanpa mengganggu, menginjak dan merusak ke ayam yang sedang mengherem lainnya.
Jika ayam cuma 10 ekor sih tidak jadi masalah. Ayam dapat tahu dimana mereka mengherem masing masing. Namun jika jumlah ayam ada 100 ekor lebih, maka berikutnya yang terjadi adalahsaling mengganggu, menginjak dan merusak. Sehingga dapat menyebabkan banyak telur pecah terinjak injak akibat sesama induk ayam saling berkelahi merebut sarang walaupun sudah punya sarang sendiri. Biasanya entah kenapa malah mengganggu sarang bertelur yang lainnya.
Jadi menurutku konsep seperti ini bakalan gagal.
Tapi kedepannya aku ngga tahu, lihat aja nanti gimana, apakah ayam mau mengherem disini.
Prediksi saya adalah ayam saling memecahkan telur. Jadi solusinya tetap terbaik adalah menggunakan mesin tetas dengan menjumput telur setiap ayam bertelur diambil telurnya satu per satu agar ayam tidak perlu mengherem, biarkan mesin tetas yang bekerja.
Terima kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU.