Langsung ke konten utama

Mengapa perjanjian normalisasi damai antara Arab Saudi dan Israel. Mustahil, tidak dapat tercapai ( 2024 )

Foto : Kerajaan Arab Saudi

45 tahun setelah penandatangan perjanjian damai antara Israel dan Mesir. 

Kemudian disusul oleh normalisasi perdamaian dengan kerajaan Yordania. 

Di abad modern pada tahun 2020 dilanjutkan hubungan kedamaian antara Israel dan Uni Emirat Arab ( UEA ). 

Kedua negara setuju menandatangi hubungan kerjasama politik dan perdamaian melalui perjanjian Abraham Accords.  

Disebut sebagai janji "Abraham Accords" karena kedua negara sama sama berasal dari keturunan Abraham.

Menelisik catatan sejarah. Mesir dan Yordania pernah menyerang Israel. Namun melalui perjanjian damai itu. Pihak Mesir dan Yordania berjanji tidak mau lagi perang melawan Israel. 

UEA atau Uni Emirat Arab yang berpenduduk populasi sekitar 10 juta orang adalah contoh kerajaan yang dapat dianggap paradoks. 

UEA tidak pernah secara terbuka berperang dengan Israel, bertindak kasar dan bersikap agresif kepada Israel. UEA selalu condong memilih pendekatan yang baik dengan Israel. Bahkan kerajaan UEA terang terangan mendukung Israel melalui berbagai macam jalinan kerjasama di bidang politik & bisnis perdagangan.  

Di kawasan tetangga Timur Tengah. Yordania, Mesir dan Uni Emirat Arab terbilang aktif menerapkan aktivitas ekspor impor dagang dengan Israel hingga berjumlah angka miliaran dolar.  

Nilai perdagangan paling besar #1 adalah dengan Uni Emirat Arab yang mencapai diatas $ 2,9 miliar per tahun. ( setara Rp 44 triliun rupiah pertahun )

Bandingkan dengan Arab Saudi, Qatar, Suriah, Libya, Irak, Kuwait, Iran, Chad, Yaman, dll adalah $ 0 per tahun.

Bahkan saat peperangan terjadi antara Israel VS Gaza Palestina. Pihak kerajaan UEA seolah olah tidak mau banyak ikut campur. Bisnis UEA dengan Israel, tetap jalan terus seakan akan tanpa hambatan.

Hingga detik ini, belum dapat diketahui alasan paradoks tentang psikologi & emosional. Mengapa orang orang UEA dapat akrab, mendekat harmonis dan memihak kepada Israel.  

Itu adalah keajaiban di gurun pasir. 

Ibarat singa yang ganas dapat bersahabat baik dengan kambing. 

Jelas jelas pemahaman di luar nalar & pikiran.

Mengapa perjanjian normalisasi damai antara Arab Saudi dan Israel. Mustahil, tidak dapat tercapai ( 2024 )

Selama berdekade dekade, pemerintah Israel terus menerus mencoba menjalin perdamaian dengan negara tetangga sekitar yang lain. Tetapi mayoritas gagal dan berakhir lagi, lagi dan lagi dengan peperangan. Kecuali Mesir, Yordania dan UEA. 

Israel berupaya bertahun tahun mencoba menjalin hubungan damai dengan Arab Saudi. 

Tapi terus gagal. 

Arab Saudi dan Israel belum mencapai perjanjian damai karena alasan pihak keluaraga saudi di kerajaan Arab Saudi masih ngotot meminta tentang hak paten atas tanah di Palestina harus diberikan kepada orang orang Palestina yang diklaim oleh mereka. Palestina berhak memilikinya, tapi dipihak Israel, menolak permohonan itu dan menolak solusi 2 negara. 

Muhammad bin Salman ( MBS ) bahkan sejak dari keturunan ayah turun temurun keluarga Saudi tetap bersikukuh dan bersikeras tentang kewajiban pembagian tanah Palestina harus dibagi menjadi 2 bagian.  

Dengan satu alasan ini saja, sudah cukup membuktikan mengapa perjanjian damai antara Israel dan Arab Saudi tidak dapat tercapai. Bahkan mustahil. 

Israel tidak memiliki keinginan untuk menyerahkan seluruh hak tanah Palestina dan menolak keras 'two solution states'. Dengan demikian, perjanjian damai antara Arab Saudi dan Israel adalah mustahil.

Di tempat lain, hubungan persahabatan Israel dan UEA diprediksi terus berkembang makin erat, stabil dan maju. 

Terima kasih. Semoga bermanfaat ya. GBU. 

Related Post